DELICA, yang seri awalnya
masuk dengan nama COLT T120, kembali masuk Indonesia. Dulu banyak dipakai
sebagai kendaraan niaga. Saat ini masuk ke kelas MPV menengah. Orang boleh
mengatakan selama satu dekade ini Toyota Avanza menjadi penguasa jalanan di Indonesia.
Dengan penjualan di atas 15 ribu buah
per bulan, bahkan kadang menyentuh 20
ribu unit, mobil ini akan ditemui di
mana pun kita berada di Indonesia.
Tapi, empat dekade silam, raja jalanan di Indonesia adalah produk
Mitsubishi, Colt T120 namanya. Mobil yang dikenal bandel dan kokoh ini tidak
hanya masih gampang ditemui sampai saat ini, tapi di masanya juga menjadi raja jalanan.
Krama Yudha Tiga Berlian akan memasukkan seri terbaru Delica
Itu sebabnya, saat PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors menyatakan akan
memasukkan seri terbaru Delica ke Indonesia, ingatan tentang raja jalanan
itu kembali muncul. Meski masih
“keturunan"- nya, Delica kali ini sudah bukan mobil niaga. Ia minibus
mewah. “Ini adalah kendaraan penumpang yang kami namai sport utility MPV,”
kata Kepala Humas PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, Intan Vidiasari, menyebut
kategori tidak lazim campuran MPV dengan SUV itu.
Di Indonesia, Delica bakal bersaing
dengan mobil serupa dengan harga tidak
jauh berbeda, yakni Toyota Nav-1 dan
mobil cukup populer Mazda Biante. Ini adalah mobil dengan tempat duduk
tiga baris yang kisaran harganya Rp 300 juta. Kisaran harga ini di atas MPV
tapi masih di bawah minibus mewah, seperti Toyota Alphard atau Nissan Elgrand.
Meski namanya sama, Mitsubishi
membantah ada hubungan mobil yang diluncurkan ini dengan Delica yang 40
tahun silam dikenal sebagai Colt T120 itu. “Tidak ada korelasinya dengan Delica
saat ini,” kata Intan.
Mitsubishi mulai memperkenalkan Delica (singkatan delivery car)
pada 1968. Mereka memperkenalkan ke Indonesia pada awal 1970-an dan langsung
sukses besar. Semula, Delica muncul dengan lampu besar di depan, tapi, sejak
1977, berganti tampilan menjadi dua lampu.
Delica pernah laris manis di Indonesia
Di Indonesia, saat itu Delica sangat laris. Baik versi pikap maupun
minibus banyak digunakan. Yang versi pikap sampai sekarang masih ada di
pedesaan dan kadang dipakai toko bahan bangunan untuk mengangkut material.
Sedangkan versi minibus, selain dipakai sebagai kendaraan pribadi, banyak
digunakan sebagai angkutan umum.
Mitsubishi menghentikan seri Colt ini pada sekitar 1980 dan diganti
dengan Delica generasi berikutnya, yang dijual dengan nama L300. Sampai saat
ini, lebih dari tiga dekade setelah diluncurkan, Mitsubishi masih menjual L300 untuk pikap. Mobil penumpang juga masih dijual.
Sejak pertengahan 1990-an, sebenarnya
Mitsubishi mulai memproduksi Celica yang memiliki sedikit “hidung”. Tapi
model-model ini tidak pernah diperkenalkan ke Indonesia. Baru tahun ini Celica yang berhidung, meski
tidak terlalu mancung, itu mulai dijual kembali ke Indonesia.
Mitsubishi memasukkan Delica karena melihat minibus atau MPV masih
menjadi kendaraan terpopuler di negeri ini. Karakter MPV itu, kata Intan,
digabung dengan faktor lain. “Delica mengkombinasikan karakter produk MPV yang
nyaman, tapi tetap mencerminkan karakter yang sportif dan dinamis,” katanya.
Kehadiran Delica ini akan membuat pasar MPV menengah bertambah sesak.
Pasarnya sendiri tidak terlalu besar. Mazda sampai saat ini sudah melepas 2.800
unit Biante ke pasar, meski target 200 unit tiap bulan belum tercapai.
Menurut Mazda, pasar Biante adalah keluarga menengah. “Mereka butuh
kendaraan nyaman dan aman dengan tampilan cukup mewah,” kata Manajer Pemasaran
Mazda Indonesia, Astrid Ariani Wijani.
Honda meluncurkan HR-V. Adik CR-V ini siap masuk pasar SUV kecil dan
siap bersaing melawan para pesaing lainnya seperti mitsubishi outlander, ford
ecosport dan nissan juke. Kalau hanya dilihat siluetnya, mobil ini mirip Honda
CR-V, yang populer di Indonesia. Badannya lebih tinggi ketimbang sedan dan kesannya siap akan menjelajahi jalanan yang tidak berbentuk jalan. Tidak selembek
sedan. Tapi, begitu dijejerkan, ketahuan perbedaannya. Mobil ini jauh lebih
kecil daripada CR-V. Tingginya saja berselisih sekitar 20 sentimeter.
Mobil bergaya SUV yang garang, tangguh, dan galak tapi berukuran lebih
kecil itu diberi nama HR-V oleh Honda.
Ia memang “adik” CR-V, baik dari ukuran maupun harga. Direktur Pemasaran dan
Purnajual Honda Prospect Motor Indonesia, Jonfis Fandy, mengatakan mereka melihat ada kelompok konsumen
yang memiliki uang lebih. “Mereka ingin
terlihat tengil dan berbeda di jalanan,” katanya.
HR-V tidak sendirian di pasar SUV mini. Di pasar sudah ada Ford
EcoSport, Mitsubishi Outlander, dan tentu saja pelopornya, Nissan Juke.
Umumnya, mobil ini memiliki mesin 1.500 cc dengan harga Rp 200-an juta. Hanya
Mitsubishi Outlander yang mesinnya lebih besar, yakni 2.000 cc, dengan harga
termurahnya di atas Rp 300 juta.
Harga ini di atas mobil-mobil MPV populer Indonesia, seperti Toyota Avanza atau
Honda Mobilio, yang berada di kisaran Rp
150 juta sampai Rp 200 juta. Tapi masih di bawah SUV, seperti Honda CR-V,
Toyota Fortuner, atau Nissan X-Trail, yang di atas Rp 300 juta. Honda, yang semula mengandalkan CR-V sebagai
jualannya, melihat celah pasar yang kosong antara MPV dan SUV. Padahal sebagian pengguna MPV di bawah Rp 200 juta
atau hatchback yang harganya di kisaran Rp 200 juta ingin pindah ke SUV.
“Dia akan memilih SUV mini ini dulu,” ucapnya.
Tampilan SUV mini yang seperti cabai rawit, kecil tapi tengil, dimulai
oleh Nissan Juke tiga tahun silam. Dengan tampilan seperti mobil kebesaran
otot, Nissan Juke memiliki desain “berani”. Orang akan jatuh cinta atau
sebaliknya, akan tidak suka. Tidak bisa memandang Juke dan tidak bersikap.
Untungnya, banyak yang memandang Juke dengan senang. Ini tampak dari
penjualannya. General Manager Marketing Strategy, Communication, & Product
Planning PT Nissan Motor Indonesia, Budi Nur Mukmin, mengatakan sudah menjual
20 ribu unit Juke sejak 2011. Di awal kehadirannya, mereka bahkan bisa meraup
sampai seperlima pasar SUV medium, kelas seperti kakak Juke, yakni X-Trail,
atau Honda CR-V.
Namun sekarang, setelah muncul pesaing, pasarnya sedikit menurun. “Saat
ini pangsa pasar Nissan Juke berkisar di angka 5-10 persen dari total segmen medium SUV,” kata Budi. “Untuk
rata-rata angka penjualan Nissan Juke pada tahun 2014 sekitar 150 unit per
bulan.”
Pasar Juke,
menurut Budi, selain mereka yang ingin
tampil beda, adalah kaum ibu, terutama
keluarga yang memiliki mobil kedua. “High ground clearance (mobilnya
tinggi) membuat mereka merasa lebih aman mengemudikan kendaraan ini,” ucapnya.
Honda juga mengincar pembeli mobil kedua
sebagai calon pasar bagi SUV cabai rawit ini. “Ya, mobil kedua atau pengganti,”
kata Jonfis.
Melihat
kinerja penjualan Juke, Honda mungkin
bisa berharap banyak. Apalagi Ford, yang
menjual EcoSport, juga menyatakan pemasaran mereka bagus. “Sejak diluncurkan,
All New EcoSport telah menerima lebih dari 3.500 booking (pesanan),”
kata Direktur Komunikasi Ford Indonesia, Lea Kartika Indra. Sumber:majalahdetik.
Belum ada tanggapan untuk "Kembalinya si raja jalanan"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.