Koper telah dikemas rapi. Baju ganti serta keperluan naik haji telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Tapi, bagaimana dengan persiapan fisik? Padahal kalau sudah diantisipasi untuk persiapan haji itu membutuhkan waktu dan persiapan yang memadai.
Untuk yang satu ini, banyak calon haji “kelupaan”. Padahal, selama beribadah di Tanah Suci, ada banyak sekali kegiatan yang wajib harus diikuti. Nanti akan kami berikan kegiatan apa saja yang dilakukan selama melakukan ibadah haji.
Kalau dihitung-hitung, jemaah mesti berjalan lebih dari 96 kilometer. Jika kondisi fisik tidak fit, masalah kesehatan bisa dengan mudah menghampiri. Apalagi, perbedaan suhu dan cuaca antara Indonesia dan Mekah cukup ekstrem. Hal ini memungkinkan membuat kondisi kesehatan memburuk.
Suhu di Arab Saudi terkenal sangat panas
Suhu di Arab Saudi dikenal sangat panas dengan kelembaban udara yang sangat rendah. Dehidrasi menjadi ancaman serius untuk jemaah. “Suhunya bisa mencapai 55 derajat Celsius, sangat panas,” Untuk menghindari dehidrasi sebaiknya minum air putih sebanyak-banyaknya karena cara itu bisa menjadi salah satu cara menghindari kekurangan cairan akibat dehidrasi.
Padahal, di Tanah Suci, ketersediaan toilet sangat terbatas. Antrean panjang jemaah di depan toilet pun kerap terjadi. Ini menjadi masalah yang terus berulang setiap tahun. Alhasil, banyak yang sengaja tidak banyak minum karena tak ingin berlama-lama antre. “Jadi mereka dehidrasi. Ini bisa sangat berbahaya,”
Seperti yang dialami oleh Rumi, salah satu haji Indonesia, memiliki masalah kesehatan. Karena pernah menjalani operasi kantong empedu, perempuan 55 tahun itu jadi sering sekali buang air kecil. Karena tak ingin terganggu dengan bolak balik dan antre di kamar kecil, Rumi pun mencari informasi agar masalahnya ini dapat diatasi tanpa harus mengurangi minum air putih.
Selain menggunakan popok celana untuk dewasa, Rumi membawa kantong urine. Kantong ini berisi semacam formula yang bisa mengubah cairan menjadi gel. “Jadi, setelah buang air kecil, kita bisa simpan dulu baru nanti dibuang, tidak kotor juga,” katanya.
Sementara itu, untuk keperluan buang air besar, Rumi membawa toilet portabel. Bentuknya mirip toilet duduk kebanyakan, tapi didesain sedemikian rupa sehingga bisa dibawa-bawa.
Sekilas bentuknya mirip koper, tapi, setelah dibuka, voila, akan muncul toilet yang nyaman digunakan. Sayang, toilet buatan perusahaan di Surabaya ini cukup mahal. “Jadi bisa untuk ‘pup’ sama pipis juga, tinggal buka lipatan, pasang kantong penampung, langsung digunakan,” cerita Rumi, yang sudah hampir seminggu berada di Arab Saudi.
Lain Rumi, lain pula Joko. Pria asal Yogyakarta berusia 80 tahun itu mengalami susah berjalan karena usia. Dia berangkat ke Tanah Suci bersama anaknya, Firman. Sebelumnya, Firman berencana membawa kursi roda dari Indonesia. Namun, dari berbagai informasi yang didapat, ternyata di sana ada jasa penyewaan kursi roda. “Jadi, untuk safari wukuf nanti, saya akan menyewa kursi roda untuk bapak,” ujar Firman.
Sementara itu, Rudi, yang berangkat naik haji dengan Reni, istrinya, mengaku tak punya persiapan ribet. Beruntung, Rudi dan Reni cukup sehat. Hanya, Rudi punya masalah makan. “Jadi, dia itu susah makan, maunya itu-itu saja. Ini sudah dua hari di Jeddah makanannya enggak cocok,” cerita Reni. Untunglah Reni sudah melakukan persiapan. Dia sengaja membawa banyak abon sapi untuk teman makan suaminya. Selain itu, Reni membawa sambal terasi botol.
Hal serupa dilakukan Fajar dan istrinya. Pasangan yang sudah 25 tahun menikah itu sengaja membeli makanan olahan yang bisa dibawa ke Arab Saudi. “Di sana kan harus masak sendiri juga, jadi saya beli makanan yang bisa gampang diolah, enggak repot,” ujar istri Fajar, Dina. Hmm, semoga bisa menjadi haji mabrur, ya.
Kecipratan redjeki musim haji
KANTOR biro jasa perjalanan di lantai tiga sebuah gedung di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, itu tidak banyak berbeda dengan kantor jasa perjalanan lain. Poster dan banner paket atau tujuan perjalanan dipajang rapi di dinding. Yang sedikit membedakan, poster itu bergambar Masjidil Haram di Mekah atau Masjid Nabawi di Madinah. Layar televisi besar di ruang itu memutar film pendek tentang Dinasti Fatimiyah, yang pernah menguasai Mesir.
Biro travel itu memang spesialis mengatur perjalanan ke Tanah Suci, umrah atau haji plus. Setiap tahun, biro jasa perjalanan bernama Cheria Travel itu memberangkatkan setidaknya satu grup jemaah haji plus atau ONH plus. “Sekitar 50 orang satu grup, dari yang mendaftar 100 orang,” ucap Farida Ningsih, istri Cheriatna, pemilik perusahaan Cheria Travel.
Cheria merupakan satu dari puluhan perusahaan biro jasa perjalanan yang kecipratan rezeki pada musim haji. Mereka mengatur pelaksanaan haji plus, haji yang biayanya lebih mahal ketimbang yang reguler dengan fasilitas dan pelayanan bagus. Dikutip dari berbagai sumber.
Belum ada tanggapan untuk "Masalah sepele bisa menjadi momok bagi jamaah haji di tanah suci. "
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.