Program mobil murah dituding bakal menambah beban subsidi. Jika dilarang minum bensin Premium, penjualan
mobil LCGC mungkin terganggu. PROGRAM mobil ramah lingkungan Thailand agaknya lebih beruntung dibanding
program mobil murah dan ramah lingkungan (
LCGC)
Indonesia. Keberuntungan itu setidaknya satu: tidak muncul kontroversi seperti di Indonesia. Dengan mulus, Nissan March atau Honda Brio masuk pasar Thailand. Tapi, di Indonesia, program mobil ini dijadikan bahan kontroversi karena dituding bakal memboroskan subsidi bahan bakar minyak. Bahkan ada yang menuding bakal menambah kemacetan.
Menghadang Mobil Murah Impor Thailand.
Kontroversi ini tidak hanya datang dari luar pemerintah, tapi juga datang dari pemerintah sendiri. Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan, dari awal pihaknya meminta mobil LCGC tidak mengkonsumsi BBM bersubsidi. Ia mengatakan program LCGC seharusnya tidak menambah beban negara dengan konsumsi bensin bersubsidi. Masalahnya, kata dia, mereka kesulitan. “Karena peraturan menteri yang mengatur kewajiban penggunaan bahan bakar non-Premium untuk mobil LCGC belum dikeluarkan Kementerian Perindustrian,” katanya. “Kementerian Keuangan hanya mengikuti program yang digagas Kementerian Perindustrian.” Kementerian Keuangan memang berfokus menjaga anggaran pemerintah karena subsidi BBM Indonesia terlalu besar. Mereka cemas, kehadiran mobil-mobil dengan harga di bawah Rp 100 juta itu bakal menambah jumlah konsumen bensin bersubsidi.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani, misalnya mengatakan pemerintah telah mengeluarkan Rp 20 triliun hanya untuk subsidi BBM selama tiga bulan pertama 2014. “Totalnya Rp 36,6 triliun untuk subsidi energi pada kuartal pertama,” katanya. Kondisi di Thailand memang sangat berbeda. Di sana bisa dibilang tidak ada subsidi BBM. Data di Kementerian Energi Thailand memper-lihatkan bensin termurah, dengan kadar etanol 85 persen, misalnya, dijual seharga 24 baht (sekitar Rp 8.500) per liter. Sedangkan yang berkadar etanol 10 persen harganya 38 baht (sekitar Rp 13.500) per liter. Tidak aneh jika tak ada kontroversi soal BBM di sana. Juru bicara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Saleh Abdurrahman, mengatakan, idealnya, mobil ramah lingkungan itu menggunakan gas. “Saat ini, dengan adanya mobil LCGC, jumlah mobil bertambah, dan kuota subsidi BBM terus tergerus,” katanya. “Bagi kami, LCGC itu ya memakai gas, bukan lagi BBM.”
Saat ini nyaris bisa dibilang tidak ada mobil yang menggunakan gas di Indonesia. Salah satu penyebabnya, harga BBM bersubsidi sangat murah sehingga warga tidak mau repot-repot berinvestasi di peralatan konversi gas. Jika subsidi dikurangi dan harga Premium lebih mahal seperti di India mobil dengan gas mungkin populer. Ironisnya, jika subsidi dikurangi, tanpa konversi ke gas pun, penambahan LCGC tidak akan menambah beban fiskal pemerintah. Sejauh ini, karena larangan mengkonsumsi BBM nonsubsidi baru perdebatan, belum menjadi kebijakan, penjualan tidak terpengaruh. “Itu baru wacana, jadi tidak terpengaruh,” kata juru bicara pengembangan roda empat PT Suzuki Indomobil Motor, Nurul Wardah. Tapi, jika kebijakan itu sudah dijalankan, mungkin situasinya akan berbeda. Direktur Pemasaran PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy mengatakan, “Mengenai kebijakan LCGC harus menggunakan BBM nonsubsidi mungkin akan berdampak pada (mobil LCGC kami) Brio Satya.”
Sedangkan Teddy Irawan, Vice President Nissan Motor Indonesia Bidang Pemasaran, tidak memberi jawaban pasti. “(Ini) bisa jadi mematikan pasar Datsun, tapi bisa juga tidak,” ucapnya. Datsun adalah merek mobil LCGC yang dibuat Nissan. Tapi ia tidak bisa memaksa mengubah mobil agar tidak bisa mengkonsumsi Premium. Misalnya soal mulut tangki bensin. Ia tidak bisa memperkecilnya. “Sebab, itu sudah standar internasional,” katanya. Yang mungkin bisa dilakukan adalah ukuran selang pompa bensin yang diperbesar. “Jadi tidak masuk ke mulut tangki mobil LCGC.” sumber:majalahdetik.
Artikel Terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Program mobil murah dituding bakal menambah beban subsidi"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.