Datsun Go+ menambah jumlah pengikut program mobil murah menjadi lima. Program ini untuk menghadang impor mobil ramah lingkungan Thailand. Pajak dari industri komponen bakal dipanen.
AKHIRNYA Datsun kembali lagi ke Indonesia. Merek yang cukup terkenal di negeri ini pada 1970-an itu datang lagi dua pekan silam dengan tipe Go+ Panca. Merek ini dihidupkan Nissan untuk memenuhi pasar mobil kecil dan, di Indonesia, didaftarkan dalam program mobil murah dan ramah lingkungan (LCGC).
Dimulainya penjualan Datsun Go+, yang dibuat di pabrik Nissan di Purwakarta, Jawa Barat, juga membuat konsumen mobil Indonesia memiliki banyak pilihan untuk mobil dengan harga di bawah Rp 100 juta. Sebelumnya, ada Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Honda Brio Satya, dan Suzuki Wagon R sebagai mobil murah karena mendapat keringanan pajak lewat program LCGC.
Datsun Go+ dan teman-temannya itu dihadirkan Indonesia untuk menghadapi terjangan industri otomotif Thailand. Lewat program mobil ramah lingkungan, negeri yang dijuluki Detroit dari Asia itu melempar mobil-mobil kecil ke negara tetangga, termasuk Indonesia. “Negara-negara ASEAN lain mulai dibanjiri mobil LCGC dari Thailand,” ujar Menteri Perindustrian M.S. Hidayat.
Thailand meluncurkan program mobil hemat energi bernama sejak 2007. Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Jongkie D. Sugiarto menjelaskan, program merupakan LCGC versi Thailand. “Karakteristik mirip-miriplah dengan LCGC di Indonesia,” tutur Jongkie. Program memang tidak jauh berbeda dengan LCGC di Indonesia, salah satunya hemat bahan bakar minyak. Jarak 20 kilometer hanya perlu 1 liter BBM. Selain itu, kapasitas mesin maksimal 1.200 cc untuk bensin dan 1.500 cc untuk diesel. Lima merek bergabung ke program ini dengan produk di antaranya Nissan March dan Mitsubishi Mirage. Pendaftaran fase kedua sudah ditutup bulan lalu dan mereknya bertambah lima lagi. Lewat program ini, Thailand berharap bisa menambah produksi sampai sekitar 1,5 juta unit, yang sebagian besar untuk ekspor.
Ancaman serbuan mobil Thailand ini bikin Hidayat gelisah. Pak Menteri berhitung, pasar bebas dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang dimulai tahun depan, akan dimanfaatkan untuk mengekspor mobil hemat energi itu ke Indonesia. Sebab, saat itu aturan bebas bea masuk bagi semua produk ASEAN mulai berlaku. Selain itu, Indonesia merupakan pasar potensial karena jumlah penduduknya mencapai 250 juta orang atau hampir separuh total penduduk ASEAN, yang mencapai sekitar 550 juta orang.
Kecemasan banjir produk asing itu membuat pemerintah menggelar LCGC, yang membuat mobil semakin murah. “Saya yakin Thailand enggak bisa karena kita lebih murah,” kata Hidayat. Agar mobil bisa murah, pabrik otomotif diberi iming-iming, produknya bakal tidak lagi dikenai pajak barang mewah jika komponen lokal mencapai 80 persen. Langkah ini sudah mulai berasa dampaknya. Hingga akhir tahun lalu, sebanyak 70 perusahaan komponen asal Jepang masuk Indonesia untuk mendukung lima produsen LCGC. Perusahaan komponen tersebut mulai mendirikan pabrik dan jumlahnya akan bertambah hingga mendekati angka 100 perusahaan pada tahun ini.
Total investasi perusahaan komponen tersebut mencapai sekitar US$ 3,5 miliar (sekitar Rp 38 triliun). Pemerintah menargetkan, dalam kurun waktu lima tahun produk LCGC akan memakai 80 persen komponen lokal. Kehadiran pabrik komponen ini juga membuat pemerintah bisa menutup kehilangan pendapatan dari barang mewah ini dengan pajak pertambahan nilai 10 persen, yang tetap berlaku bagi produsen maupun perusahaan komponen.
Pemerintah juga diuntungkan dengan dibukanya lapangan kerja. Menurut pemerintah, LCGC akan menciptakan lapangan kerja baru bagi 300 ribu orang. Pemerintah menghitung, sebanyak 30 ribu orang akan bekerja pada proses produksi LCGC dan sisanya akan terserap pada industri komponen maupun sektor jasa lainnya yang berkaitan dengan LCGC. Saat ini tenaga kerja mulai bertambah karena pemegang merek mulai membuka pabrik untuk memproduksi LCGC. Menurut Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran PT Honda Prospect Motor, “Kami akan menambah sekitar 3.000 tenaga kerja.”
Nissan Motor Indonesia juga akan menambah sekitar 3.000 tenaga kerja baru, sehingga menjadi 5.500 orang. Teddy Irawan, Vice President Penjualan dan Pemasaran Nissan, mengatakan penambahan jumlah tenaga kerja dilakukan untuk mendorong produksi Datsun Go+ Panca di Indonesia, yang tahun ini direncanakan 40 ribu unit. “Penambahan tenaga kerja untuk mendukung produksi massal Datsun Go+ Panca,” Teddy menuturkan. Namun kebijakan LCGC tidak memiliki target produksi ataupun ekspor. Berbeda dengan Thailand, yang berani memasang target 100 ribu unit per tahun per produsen dengan 70 persen produknya untuk ekspor. Pemerintah hanya memperkirakan produksi LCGC tumbuh 10-15 persen dari total produksi mobil nasional setiap tahun. “Kami tidak memberikan target, semua diserahkan pada perhitungan investor,” kata Hidayat. Sumber:majalahdetik.
Artikel Terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Menghadang Mobil Murah Impor Thailand"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.