Pertikaian Hyundai Korindo sampai ke arbitrase Korea Selatan. Pemilik truk Hyundai kehabisan suku cadang. Kini operator bus rute Cikarang Merak itu tidak lagi mengoperasikan bus buatan Korea Selatan, Hyundai. Sebelumnya, sejak 2006, perusahaan tersebut mengoperasikan tiga bus sedang seukuran Kopaja, dengan mesin dari Negeri Ginseng. Tapi tahun lalu PO Bahagia, perusahaan bus itu, melego ketiga mobil tersebut.
Bus Hyundai yang dioperasikan sering bermasalah, kesulitan suku cadang, sehingga tidak bisa narik penumpang. “Dengan tidak adanya suku cadang, kadang tak semua bus dapat beroperasi,” kata Aep Samjani, pengurus dan adik pemilik perusahaan bus dari Serang itu.
Saat ini perusahaan bus pun memilih bus. “Bus ini sudah beroperasi lebih dari 6 tahun, yang diganti baru ban dan kanvas rem saja,” katanya menunjuk bus buatan Jepang. Sedangkan bus Hyundai yang sudah dilego mesti diganti gardan dan unit transmisi setiap tahun. Celakanya, suku cadang yang dibutuhkan itu sekarang tidak ada lagi di importir truknya, PT Korindo Heavy Industry. “Mereka tak bisa menyediakan suku cadangnya,” ucapnya.
Korindo tak bisa menyediakan suku cadang karena bukan lagi distributor tunggal untuk truk dan bus Hyundai. Bukan hanya itu, perceraian Korindo dengan Hyundai bahkan masih menyisakan masalah di pengadilan Indonesia sampai sekarang. Di Korea Selatan, kasusnya juga belum rampung karena sedang diproses badan arbitrase di sana. Korindo menjadi “ATPM” truk dan bus Hyundai karena bisnis ini di Indonesia memang terpisah dengan PT Hyundai Mobil Indonesia, yang memasarkan mobil pribadi atau kendaraan kecil. “PT Hyundai Mobil Indonesia hanya memegang merek untuk mobil penumpang di indonesia,” kata Direktur Utama Hyundai Mobil Indonesia Jongkie D. Sugiarto.
Sebagai tim pemasar truk dan bus Hyundai di Indonesia, awalnya Korindo mendapat target memasarkan setidaknya 5.000 unit setahun. Kontrak itu dimulai pada 2006. Tapi kinerja perusahaan ini kurang mencorong. Dari target itu, Korindo hanya bisa menjual sekitar 3.000 truk dan bus per tahun. Hyundai kemudian memutus kontrak dengan Korindo. Kasus ini pun bergulir ke pengadilan karena Korindo, yang sudah berinvestasi mendirikan pabrik perakitan, tiba-tiba dihentikan kontraknya. Pengadilan Niaga Jakarta Selatan menyatakan Hyundai tidak bersalah menghentikan kontrak itu. “Hakim menilai perjanjian ini sudah kedaluwarsa,” kata Baek Joo-woon, General Manager Divisi Legal and Counsel Department Korindo Group. “Kami sekarang sedang mengajukan permohonan banding.”
Tapi proses hukum tidak hanya berjalan di Indonesia. Di Korea Selatan, Korindo sejak tahun lalu membawa kasusnya ke lembaga arbitrase. Baek mengaku tidak terlalu optimistis hasilnya bakal menguntungkan perusahaannya karena mereka menghadapi salah satu konglomerat besar di sana. “Kami tak punya celah,” ucapnya.
Yang menjadi senjata Korindo di arbitrase dan saat proses pengadilan di Jakarta adalah kualitas produk Hyundai. Importir ini tidak mau disalahkan sebagai penyebab rendahnya penjualan truk dan bus. Baek mengatakan pabrik bus dan truk lain menyesuaikan dengan kebiasaan pengguna di Indonesia, yang gemar mengangkut barang lebih dari seharusnya. Tapi Hyundai tidak melakukan hal ini. Akibatnya, truk-truk yang mereka jual tidak tahan lama. Yang terparah adalah dump truck. “Terutama yang digunakan untuk pertambangan,” ucapnya.
Bagian yang gampang rusak itu, katanya, terutama transmisi dan gardan. Padahal, di beberapa sisi lain, sangat bagus. “Torsinya besar, saat menanjak kekuatannya stabil,” kata Baek. Kerusakan transmisi dan gardan inilah yang membuat PO Bahagia pusing karena suku cadangnya tidak ada lagi. Mereka sempat mengakali dengan suku cadang bus Jepang. Tapi harganya sangat mahal. “(Lebih mahal) 40 persen dari harga suku cadang asli Hyundai,” kata Aep.
Kepusingan ini berakhir setelah bus Hyundai itu dijual ke salah satu operator bus di Bandung. “Daripada repot mencari suku cadangnya, kami jual saja,” ucapnya. Untung harganya cukup bagus, bisa laku Rp 150 juta tiap unitnya. Padahal harga baru tujuh tahun silam hanya Rp 270 juta. Sumber:majalahdetik
Artikel Terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Tak Ada Lagi Bus Korea"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.