KEBISINGAN itu memenuhi pabrik karoseri yang terletak di kawasan Legok, Tangerang Selatan, pekan lalu. Sejumlah pekerja sibuk membuat dan merakit kerangka bus ke sasis mobil yang masih “telanjang”. Sebagian lagi mengecat bus yang badannya sudah jadi dengan warna lapisan dasar abu-abu. Di deretan lain, berjajar bus yang tinggal dipasangi kaca dan pintu, tapi sudah dicat hijau dengan tulisan “Kopaja”.
“Kami memang mendapat order membuat bus Kopaja sebanyak 100 unit (untuk setahun),”kata Untung Raharjo Gunawan, presiden komisaris perusahaan karoseri itu, PT Sukses Tunggal Mandiri.
Gubernur Joko Widodo memang sedang menggalakkan angkutan umum sehingga mereka membutuhkan ratusan bus Kopaja berpenyejuk udara dan dilengkapi Wi-Fi untuk melayani warga Jakarta. Meski demikian, pesanan ratusan bus medium dari Jokowi itu belum bisa menempatkan Sukses Tunggal Mandiri sebagai perusahaan karoseri bus terbesar Indonesia.
Salah satu
perusahaan karoseri bus terbesar Indonesia,
New Armada, yang bermarkas di Magelang, Jawa Tengah, misalnya, bisa membuat 150 bus besar per bulan dan ia bukan satu-satunya pemain besar untuk karoseri bus. Harris Imam Suntoko, General Sales Manager
New Armada, menyebut pesaing utama perusahaan dengan 2.000 karyawan lebih itu adalah Adi Putro, Laksana, Morodadi Prima, serta Rahayu Sentosa. “Persaingan bisnis karoseri cukup ketat,” kata Harris.
Total di seluruh Indonesia, menurut Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), ada 500 perusahaan karoseri. Tidak semuanya karoseri besar dan tidak semuanya mengerjakan bus. “Belum semuanya menjadi anggota,” kata Sekretaris Askarindo, T.Y. Subagio. Yang menjadi anggota sekitar 200 perusahaan.
Tidak ada angka jelas berapa besar omzet nasional industri karoseri bus ini. “Anggota tak membukukan nilai total transaksi mereka per tahun kemudian melaporkannya ke kami,” ucap Subagio. Tapi data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) bisa memberi sedikit gambaran. Tahun lalu, penjualan sasis dan mesin bus besar tidak termasuk ukuran medium, seperti Metro Mini atau Kopaja lebih dari 2.400. Dengan pemain ratusan buah dan hanya ribuan bus yang diperebutkan, persaingan memang sangat ketat.
Meski begitu, pemain tetap bertahan karena pendapatan sangat bagus. New Armada, misal-nya, membanderol harga badan busnya Rp 400 juta. Ini harga dasar, tidak termasuk penyejuk udara dan tempat duduk. Konfigurasi tempat duduk bus memang berbeda-beda meski badan bus sama, bisa dari hanya 18 sampai 50 kursi.
Harga ini juga tidak termasuk mesin dan sasis bus yang menjadi “bahan dasar” nya. Banyak perusahaan bus memang membeli bus seperti menjahit baju: membeli kain dan dibawa ke penjahit. Sedangkan operator bus membeli mesin dan dibawa ke perusahaan karoseri. Dengan perhitungan kasar satu bus Rp 400 juta, omzet 2.400 bus se Indonesia mencapai Rp 480 miliar per tahun. Itu baru untuk mesin baru, belum dihitung yang peremajaan.
New Armada sendiri membagi tenaga pemasaran menjadi dua: sebagian untuk pelanggan retail atau operator bus, lainnya untuk pesanan pemerintah daerah, seperti Transjakarta atau Transsemarang. Pesanan dari pemerintah daerah ini nilainya lumayan.
Sukses Tunggal Mandiri, misalnya, mendapat Rp 450 juta untuk satu bus Kopaja pesanan Gubernur Joko Widodo. Karena setahun mereka mendapat pesanan 100 buah, pendapatan Rp 45 miliar sudah di depan mata. Sampai satu dekade silam, pemasukan karoseri ini juga datang dari pasar internasional. Sejak awal 1990 an, misalnya, New Armada mengirim bus-bus mereka ke sejumlah negara, mulai Hong Kong, Vietnam, Singapura, Arab Saudi, sampai Afrika Selatan. Di awal 2000, misalnya, bus yang digunakan wisatawan di pulau tempat Nelson Mandela di penjara dibuat di Magelang.
Tapi, sudah satu dekade ini, perusahaan bus Cina mulai masuk pasar dunia, termasuk Indonesia. Andalan pabrik Cina itu hanya satu: harga. “Cina lebih murah,” kata Harris. “Plus krisis moneter, ekspor kami pun berhenti.” Untung saja, bus bukan satu-satunya bisnis mereka. New Armada, misalnya, memiliki divisi perakitan mobil di Tambun, Bekasi. Mereka melayani perakitan mobil kecil dari agen tunggal pemegang merek di sini. Sedangkan Sukses Tunggal Mandiri malah pada dasarnya bukan karoseri bus, melainkan alat berat. Mereka biasa membuat truk molen sampai ambulans. Mereka baru masuk ke karoseri bus sekitar tiga tahun silam, saat dunia pertambangan Indonesia mulai lesu.
Belum ada tanggapan untuk "Ratusan perusahaan karoseri berebut pasar yang sangat sempit"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.