Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, Jawa Timur, meletus. Letusannya di luar prediksi. Semburan abunya mencapai Bandung, Jawa Barat, yang berjarak lebih dari 500 kilometer.
Kesunyian malam di Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis, 13 Februari lalu, mendadak pecah seiring dengan suara gemuruh letusan Gunung Kelud. Kilatan cahaya berwarna merah, yang berasal dari semburan lava, bercampur cahaya putih menghiasi puncak gunung setinggi 1.731 meter di atas permukaan laut itu.
Cahaya itu begitu benderang hingga mampu menerangi gelapnya malam di kota yang berjarak sekitar 30 kilometer dari gunung tersebut. Bukan hanya di Kediri, terangnya cahaya yang dihasilkan akibat letusan itu juga terlihat hingga ke Kabupaten Blitar, yang juga berjarak sekitar 30 kilometer dari puncak gunung berapi aktif tersebut.
Hanya sekitar tiga jam Kelud “batuk-batuk” malam itu. Namun, berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG), dampak erupsi gunung ini tergolong dahsyat. Letusannya mencapai ketinggian 17 kilometer, dengan material yang dimuntahkan sekitar 120 juta meter kubik.
Kedahsyatan letusan Kelud juga dirasakan di banyak wilayah. Semburan abu vulkaniknya menyebar hampir ke seluruh Pulau Jawa. Sejumlah penerbangan terpaksa dihentikan akibat terbatasnya jarak pandang lantaran abu vulkanik Kelud menyelimuti beberapa bandara, seperti Juanda di Surabaya; Ahmad Yani di Semarang, Jawa Tengah; Adisutjipto di Yogyakarta, dan Bandara Tunggul Wulung, Cilacap. "Abunya ke mana-mana, sampai ke Bandung juga," kata Pelaksana Tugas Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG.
Letusan Kelud kali ini, menurut Gede Suantika, di luar prediksi. Sebab, sebelumnya, PVMBG memprediksi letusan besar tidak akan terjadi lagi. Meski begitu, warga tetap diimbau tidak mendekati gunung tersebut dalam radius 10 kilometer. Prediksi itu ternyata meleset karena yang terjadi adalah letusan yang cukup dahsyat.
Letusannya juga menimbulkan banyak sekali gempa. Sayangnya, PVMBG tidak punya catatan karena alat-alat pemantau aktivitas kegempaan yang disebar di sekitar puncak Kelud hancur. “Kita punya 5 stasiun pemantau di sana, yang 4 hancur. Kami tahu karena 4 stasiun ini sejak semalam enggak mengirim sinyal,” ujar Kepala PVMBG, Hendrasto, saat dimintai konfirmasi secara terpisah.
Empat stasiun pemantau itu terletak di sekitar kawah, yang mengirim sinyal ke pos pengamatan gunung api di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kediri. Akibat hancurnya keempat stasiun itu, praktis saat ini PVMBG hanya memiliki satu alat yang tersisa. “Itu masih bunyi saja,” tuturnya. Berdasarkan pemantauan di lapangan, belum diketahui ke arah mana lahar Kelud mengalir. Meski begitu, arah semburan abu vulkanik, pasir, serta kerikil hampir merata ke utara, barat, barat daya, barat laut, dan timur.
Salah satu kota yang paling parah terkena hujan abu vulkanik akibat letusan Kelud adalah Yogyakarta, yang berjarak 217 kilometer dari gunung itu. Abu menyelimuti hampir seluruh kota wisata ini dari Jumat pagi hingga sore hari.
Banyak warga di kota ini kalut dan kaget oleh hujan abu ini. Sebagian mengira abu tersebut berasal dari Gunung Merapi. Menurut siaran pers Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, tercatat 3 orang tewas dan 76.388 jiwa mengungsi. Mereka warga Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Malang, Jawa Timur, yang berjarak di radius 7 kilometer dari puncak Kelud. Ketebalan abu di lokasi tersebut mencapai 20 cm. “Korban meninggal bukan akibat dampak langsung erupsi, melainkan lantaran kecelakaan atau dampak lain erupsi,” kata Sutopo.
Misalnya sesak napas karena abu vulkanik dan tertimpa tembok. Menurut Sutopo, masyarakat di sekitar Gunung Kelud, yakni Blitar, Kediri, dan Malang, sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari, kecuali di radius 10 kilometer dari puncak gunung. Aktivitas vulkanik juga menunjukkan penurunan. Kendati begitu, status gunung ini belum diturunkan, yakni awas atau level IV.
Berjarak lebih dari 200 km dari DIY, letusan
Gunung Kelud di Jawa Timur pada Kamis (13/2/2014) malam menyebabkan aktivitas perekonomian di Kabupaten Bantul lumpuh pada Jumat (14/2/2014).
Di pusat perbelanjaan di Bantul, aktivitas jual beli masyarakat nyaris terhenti. Di Pasar Tradisional Bantul hanya tiga-empat lapak sayuran yang buka. Sementara kios-kios pedagang tutup. Sementara toko-toko di pinggir jalan maupun warung makan juga tutup. Warga yang hendak makan siang kesulitan mencari warung yang buka.
Salah seorang pedagang di Pasar Bantul menyatakan, sepinya Pasar Bantul sudah terjadi sejak pagi hari. “Sudah sepi dari pagi. Yang jual ayam saja biasanya ada delapan belas orang sekarang cuma satu orang. Pedagang memilih tidak berjualan, di antaranya karena sepinya pembeli. Lantaran warga memilih berdiam di dalam rumah. Selain itu, pengepul yang biasa memasok pangan ke Pasar Bantul juga tidak datang. Pedagang sayur yang nekad membuka lapak hanya mengandalkan sayur sisa hari sebelumnya yang belum laku terjual.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, mengakui, dampak letusan Gunung Kelud lebih parah dari Merapi meski jarak antara lokasi letusan dengan DIY mencapai lebih dari 200 Km.
Sementara di kota Solo sebagian aktivitas ekonomi dan pendidikan di Kota Solo lumpuh setelah diterjang hujan abu erupsi Gunung Kelud. Pekatnya abu yang menyelimuti Kota Bengawan membuat sejumlah kalangan mengurungkan aktivitasnya.
Efek abu vulkanik juga menghantam ekonomi mikro seperti pasar tradisional. Dua pasar utama di Solo yakni Pasar Gede dan Pasar Klewer lumpuh. Mayoritas kios memilih tutup demi melindungi dagangannya.
Tidak hanya menyentuh ekonomi masyarakat kecil, dampak letusan Gunung Kelud menyebabkan aktivitas lima bandara dan satu landasan udara lumpuh. Hingga Jumat siang, 14 Februari 2014, tercatat terdapat enam bandara yang terkena hujan abu. Pesawat tidak dapat terbang. Selain karena faktor jarak pandang yang terbatas, mesin pesawat dapat rusak jika kemasukan abu vulkanik.
Enam bandara tersebut adalah Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto di Yogyakarta, Ahmad Yani di Semarang, Adi Sumarmo di Solo, Juanda di Surabaya, dan Abdul Rahman Saleh, Malang. Sementara itu, landasan Udara Iswahyudi, Kabupaten Magetan, juga ditutup sementara.
Operasional Bandara Husein Sastranegara, Bandung, juga dihentikan pada Jumat dari pukul 14.30 WIB hingga 18.00 WIB. Akibat ditutupnya enam bandara itu, ratusan penerbangan ke sejumlah kota dibatalkan. Maskapai Garuda Indonesia membatalkan penerbangan ke empat daerah tujuan. Antara lain ke Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Malang.
Wakil Presiden Komunikasi Korporat Garuda, menjelaskan bahwa puluhan penerbangan menuju dan dari bandara di empat daerah tersebut terpaksa dibatalkan pada Jumat.
"Otoritas bandara dari Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan nota pemberitahuan bahwa bandara di Yogya, Solo, dan Surabaya ditutup. Sedangkan dari Malang, pesawat tidak mungkin terbang,"
Garuda telah membatalkan penerbangan pertama dari Bandara Soekarno-Hatta tujuan Yogyakarta yang berangkat pukul 05.25 WIB, Solo (05.30 WIB), dan Surabaya (05.35 WIB).
Sampai pukul 08.30 WIB, ada 19 penerbangan yang tidak diberangkatkan, biasanya penerbangan pesawat Garuda rute Jakarta-Surabaya dijadwalkan 19 kali, Jakarta-Yogyakarta sembilan kali, Jakarta-Solo sebanyak lima kali, dan Jakarta-Malang dua kali.
Sementara itu, maskapai Citilink mengalihkan rute penerbangan pesawat tujuan Surabaya ke Denpasar, Bali. Selain itu, Citilink menunda penerbangan ke beberapa daerah.
"Mulai Jumat pagi, pukul 04.00 WIB, penerbangan pertama Jakarta ke Surabaya dialihkan ke Denpasar untuk menghindari abu vulkanik. Untuk sementara, penumpang ke Surabaya, tidak bisa naik dulu," kata Chief Executive Officer (CEO).
Untuk Lion Air, maskapai penerbangan itu terpaksa membatalkan penerbangan ke lima kota pada Jumat. Bandara di lima kota tersebut, tutup karena hujan abu vulkanik.
Lima kota tujuan Lion Air itu adalah Yogyakarta, Solo, Malang, Surabaya, dan Semarang. Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, mengungkapkan, total ada 125 penerbangan yang batal pada Jumat.
Namun, tak hanya penerbangan menuju dan dari Pulau Jawa yang terganggu. Erupsi Gunung Kelud juga memengaruhi jadwal penerbangan maskapai Australia.
Menurut Co General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Ngurah Ardita, tujuh penerbangan dari Australia menuju Bali dan sebaliknya dibatalkan.
"Pesawat asal Virgin Australia membatalkan penerbangan, karena erupsi Gunung Kelud. Dua penerbangan ke Bali dan lima ke Australia. Mereka membatalkan untuk hari ini saja," kata Ardita, Jumat 14 Februari 2014.
Dia menambahkan, lima penerbangan Virgin Australia yang dibatalkan adalah tujuan Sidney, Melbourne, Brisbane, Perth, dan Adelaide.
Meski aktivitas ekonomi lumpuh dan bandara ditutup, belum diketahui potensi kerugian akibat letusan Gunung Kelud itu. Sejumlah maskapai belum menghitung berapa kerugian yang diderita dari pembatalan penerbangan itu.
"Saat ini, kami fokus kepada konsumen dulu," ujar Pujobroto. Sementara itu,
Lion Air harus menyiapkan uang cash miliaran rupiah untuk proses penukaran tiket penumpang. Untuk penerbangan Jumat, menurut Edward Sirait, terdapat sekitar 7.900 tiket yang sudah terjual.
Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, memperkirakan, dampak ekonomi akibat erupsi Gunung Kelud cukup besar secara nasional. "Ya, tentu besar, karena Jawa kan aktivitas ekonominya tinggi," ujarnya.
Di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat 14 Februari 2014, Hatta mengatakan, terpukulnya perekonomian di daerah Jawa diperburuk dengan terputusnya moda transportasi udara. Selama ini, transportasi udara dinilai cukup efisien untuk melakukan kegiatan ekonomi. Namun, hingga saat ini pemerintah belum menghitung kerugian ekonomi akibat letusan Gunung Kelud ini.
Belum ada tanggapan untuk "Saat Kelud bikin kalut, antara berkah dan bencana"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.