Udom Wongviwatchai bisa tersenyum lebar pada awal bulan lalu. Sekretaris Jenderal Dewan Investasi Thailand ini gembira jumlah pabrik mobil yang berminat pada program “
mobil murah” negara itu di atas target.
Bagaimana Indonesia bisa menghadang mobil murah import Thailand? Awal bulan lalu itu menjadi batas akhir pendaftaran tahap kedua program mobil ramah lingkungan alias eco-car, program yang memberi potongan pajak gila-gilaan untuk menggenjot industri otomotif. Pada tahap pertama, yang produksinya dimulai pada 2010, program ini menghasilkan
Nissan March,
Honda Brio,
Mitsubishi Mirage,
Suzuki Swift, dan
Toyota Yaris.
Pada tahap kedua, 5 pabrik ini bertambah 5 lagi, yakni Mazda dari Jepang, General Motors dan Ford dari Amerika Serikat, Volkswagen dari Jerman, ditambah satu merek Cina, yakni SAIC Motor. “Fase kedua ini menarik lebih banyak perusahaan dari yang kami perkirakan,” kata Udom seperti dikutip Bangkok Post.
Thailand memang menggelar program ecocar, mirip
program mobil murah ramah lingkungan (
LCGC) Indonesia. Yang berbeda dengan di Indonesia, tidak ada kontroversi dalam program ini. Di Indonesia,
program LCGC kena “bully” karena dicemaskan bakal membuat macet dan menambah boros subsidi bahan bakar minyak.
Program mobil murah dituding menambah beban subsidi. Di Thailand, semua mafhum bahwa program ini diambil karena sangat bermanfaat untuk memperkuat industri otomotif mereka. Target program
LCGC di Thailand memang sangat jelas. Jumlah mobil yang diproduksi bakal dilipatgandakan. “Eco-car akan menjadi pendorong utama target Thailand memproduksi 3 juta mobil pada 2017,” kata Udom. Angka target ini sangat realistis karena tahun lalu saja Thailand memproduksi sekitar 2,5 juta mobil dengan 1,5 juta unit di antaranya untuk ekspor. Jumlah produksi ini jauh lebih besar ketimbang Indonesia, yang hanya 1,2 juta unit.
Target pertumbuhan ini gampang dihitung karena setiap pabrik yang ikut program ini mesti menghasilkan setidaknya 100 ribu unit mobil per tahun paling lama lima tahun setelah diproduksi. Tingkat produksi ini juga sangat realistis. Nissan March, mobil eco-car Thailand pertama, mulai diproduksi pada 2010. Media lokal memberitakan, pada 2011 Nissan March sudah diproduksi 100 ribu unit. Tidak semua produksi itu untuk pasar dalam negeri, tapi 60 persen diekspor, termasuk ke Indonesia. Dalam persyaratan mobil eco-car, seliter bensin mobil ini mesti bisa menjangkau setidaknya 20 kilometer. Sebagai perbandingan, seliter bensin rata-rata bakal membawa mobil terpopuler Indonesia, Toyota Avanza, sejauh sekitar 12 kilometer.
Seperti ditulis di situs resmi Dewan Investasi Thailand, www.boi.go.th, jika target kemampuan mobil dan produksi itu tercapai, pabrik tersebut mendapat potongan pajak besar. Mereka dibebaskan dari pajak usaha selama 8 tahun dan bebas bea saat mengimpor mesin untuk pabrik mobil itu. Pajak untuk mobil itu juga dipotong sangat miring, dari 30 persen menjadi 14-17 persen.
Lima pabrik baru yang ikut program ini tidak hanya akan memproduksi 500 ribu unit. Mereka memasang target menghasilkan 828 ribu unit per tahun. Sedangkan lima pabrik yang sudah ikut dari fase pertama bakal menghasilkan 753 ribu unit per tahun alias total sekitar 1,5 juta. Jumlah ini sudah lebih besar dari keseluruhan produksi mobil Indonesia saat ini.
Artikel Terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Berbeda dengan Indonesia mobil murah Thailand diatas target"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.