Setelah sang suami,
Tubagus Chaeri Wardana ditahan
KPK Walikota Tangerang Selatan
Airin Rachmi Diany Ketakutan. TIDAK biasanya
Airin begini. Kenapa sih (kita) sampai harus dua jam menunggu?” Perempuan berusia kepala empat itu kesal betul. Jumat, 1 November 2013, siang, ia mendatangi kantor Wali Kota Tangerang Selatan. Ia ingin bertemu dengan sang wali kota,
Airin Rachmi Diany.
Perempuan itu adalah Endang Syatibi, bibi suami Airin, Tubagus Chaeri Wardana. Airin, yang dinanti sejak pukul 11.45 WIB, akhirnya keluar dari ruangannya begitu jam menunjukkan pukul 13.45 WIB. Namun alangkah kecewanya Endang. Sang keponakan mencuekinya. Wali kota yang cantik itu melengos tanpa menyapa Endang. Ia buru-buru masuk mobil dan melesat meninggalkan kantor. Wus!
Kecewa, Endang menumpahkan kekesalannya kepada petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang berjaga. “Saya mah jelek-jelek begini juga bibi kandung Pak Wawan (sapaan suami Airin),” ujarnya. Belakangan, memang tidak mudah menemui Airin. Setelah Wawan ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi, Bu Wali Kota tidak pernah lagi berlama-lama di kantor. Perubahan ini sangat dirasakan anak buahnya. “Dulu, kalau ada acara di Jakarta pun, sebisa mungkin pulangnya mampir ke sini (kantor),” kata seorang bawahan Airin.
Waktu
Airin memang tidak lagi bisa full untuk Tangerang Selatan. Agendanya kini bertambah satu, yakni menjenguk Wa wan di ruang tahanan komisi antirasuah itu.
Airin datang untuk memberikan dukungan kepada sang suami, yang ditetapkan sebagai tersangka suap Rp 1 miliar terhadap mantan
Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Suap diduga terkait dengan pemilihan kepala daerah Lebak. “Menurut saya, Bapak tidak salah,” kata Airin setelah menjenguk Wawan.
Seiring dengan perkembangan penyidikan
KPK, pembelaan
Airin terhadap sang suami seolah sia-sia.
KPK menemukan dugaan korupsi Wawan.
Airin bahkan terseret-seret kasus ini. Sebab, dugaan korupsi adik
Gubernur Banten Ratu Atut itu terjadi di wilayah yang dipimpin
Airin: Tangerang Selatan. Kasus yang kini dibidik
KPK adalah penyimpangan pengadaan alat kesehatan di Tangerang Selatan. Sejumlah perusahaan Wawan dan kroninya menjadi pemenang tender proyek tersebut.
KPK pun menggeledah kantor Airin dan menyita sejumlah dokumen. Airin sebagai Wali Kota Tangerang Selatan otomatis masuk incaran. Ia akan dimintai keterangan. “Pemeriksaannya akan dijadwalkan,” kata
Ketua KPK Abraham Samad.
Sebagai wali kota, Airin dikenal karena kecantikannya. Ia sering disebut sebagai wali kota tercantik. Kemolekan Airin sudah menawan banyak orang sejak remaja. Guru SMA Negeri 20 Bandung, tempat Airin bersekolah, ingat istri Wawan itu sebagai siswi yang cantik. “Dia memang geulis, jadi sering digodain murid lelaki,” kata guru kimia Airin, Elin Ratna Wulan. Menurut wali kelas Airin itu, kelebihan putri pasangan Anwar Martadihardja dan Asiah ini bukan cuma berparas menawan. Airin juga selalu masuk peringkat sepuluh besar.
Selepas SMA, Airin menempuh kuliah hukum di Universitas Parahyangan, Bandung. Pada tahun pertamanya, Airin menjajal kontes Mojang dan Jajaka Parahyangan Kota Madya Bandung dan ternyata jadi juara pertama.
Sukses menaklukkan Bandung, Airin tertantang ke ajang yang lebih tinggi. Ia ikut kontes Mojang Provinsi Jawa Barat dan lagi-lagi jadi pemenang. Ia pun masuk ke kontes kecantikan tingkat nasional, Puteri Indonesia, pada 1996. Kali ini dia terpilih jadi Puteri Favorit dan Puteri Pariwisata.
Setahun setelah ajang itu, Airin, yang tinggal di bilangan Cikutra, Bandung, dipinang Wawan. Sebelum Banten memisahkan diri dari Jawa Barat, Wawan bersama keluarga besar Chasan Sochib memang menetap di daerah Buah Batu, Bandung. Airin dan Wawan menikah pada 1997, dua tahun sebelum perempuan kelahiran Banjar, Jawa Barat, 37 tahun lalu, ini meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Parahyangan. Menikah dan dikaruniai seorang putra, Tubagus Ghifari al-Chusaeri Wardana, Airin meneruskan kuliah hingga meraih sarjana hukum pada 1999.
Lulus kuliah, dia langsung bekerja sebagai asisten di kantor notaris Imas Tarwiyah di Bandung. Setelah kakak Wawan, Ratu Atut Chosiyah, menjadi Wakil Gubernur Banten, Airin perlahan pindah ke kampung halaman keluarga besar suaminya itu. Pada 2004, dia tercatat sebagai notaris di Kabupaten Tangerang. Tangerang Raya memiliki arti yang sangat penting bagi Provinsi Banten. Da erah yang terdiri atas Kabupaten plus Kota Tangerang itu menyumbang hampir 70 persen pemasukan ke kas provinsi yang dipimpin Atut tersebut. Di wilayah itu terdapat Bandara Internasional Soekarno-Hatta, juga memiliki rupa-rupa industri.
Maka, tidak aneh, setelah Atut sukses memenangi pemilihan Gubernur Banten, dinasti Chasan Sochib mulai melirik Tangerang Raya. Sekadar tahu, Chasan Sochib adalah ayah Atut dan Wawan. Airin pun dimajukan menjadi Bupati Tangerang. “Motif keluarga Chasan ingin masuk Tangerang Raya, ya, ekonomi,” kata pengamat politik Banten, Gandung Ismanto.
Untuk memenangkan Airin, taktik Chasan mengantar Ratu Atut jadi orang nomor satu di Banten menjadi referensi. Dulu Atut dianggap masih hijau sehingga hanya diajukan Chasan sebagai wakil gubernur. Tidak ubahnya kloning Atut, Airin cuma dicalonkan jadi wakil bupati berpasangan dengan politikus Partai Keadilan Sejahtera, Jazuli Juwaini. “Saya enggak enak berkomentar, tanya saja DPW, ya,” kata Jazuli. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Banten Irfan Maulidi mengatakan, pada pilkada 2008 itu, sebenarnya PKS ingin menggandeng Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Karena partai berlambang banteng itu menolak, akhirnya Airin lah yang dipilih.
Namun ternyata taktik mengklon Atut gagal total menghadapi Ismet Iskandar, yang menggandeng Rano Karno. Kalah, trah Chasan pun melirik ke sisi selatan. Setahun sebelum pemilihan Bupati Tangerang, Atut sudah memasukkan usulan pendirian Kota Tangerang Selatan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten. Setelah Kementerian Dalam Negeri meresmikan berdirinya Tangerang Selatan pada Oktober 2008, mesin politik dinasti Chasan mulai bergerak. Daerah baru itu lebih mudah ditaklukkan karena belum ada dinasti politik yang berkuasa dan partainya belum mapan.
Airin lalu dipoles citranya agar tampil sebagai pemimpin perempuan yang cerdas dan santun. “Wawan menyewa konsultan politik yang bayarannya mahal,” ujar Gandung. Ketua Palang Merah Indonesia Tangerang Selatan, Ratu Tatu Chasanah, juga membantu dengan membentuk cabang organisasinya di kota yang belum ada pemerintahan resminya itu. Airin dia tempatkan sebagai caretaker pengurus PMI Tangerang Selatan.
Sementara itu, Ratu Atut, kata Gandung, menyiapkan jalan dengan menyediakan birokrat yang pro Airin. “Pelaksana tugas wali kota yang mengisi pejabat setempat, itu orang yang ditunjuk oleh Atut,” kata Gandung.
Atut juga kerap mengajak Airin dalam berbagai acara di Tangerang Selatan. Meski posisinya hanya Ketua PMI Tangerang Selatan, Airin selalu duduk di barisan depan dekat dengan Atut. Kadang Airin hadir di acara yang tidak berhubungan dengan posisinya itu. Dia, misalnya, jadi tamu penting dalam peresmian Pameran Teknologi Tepat Guna se Provinsi Banten di Ciputat.
Lebih ganjil lagi, Airin ikut menyampaikan kata sambutan. Kemunculan Airin hingga masa pemilihan wali kota itu dinilai sebagai kecurangan oleh rival terkuatnya, pasangan Arsyid-Andreas Taulany. Mereka memperkarakannya ke Mahkamah Konstitusi.
Hasilnya, hakim konstitusi menilai pejabat setempat tidak netral dan membatalkan kemenangan pasangan Airin-Benjamin. “Ada kesengajaan membantu pencitraan Airin oleh aparatur Pemerintah Kota Tangerang Selatan,” kata hakim konstitusi Achmad Sodiki ketika itu.
Pemungutan suara memang diulang. Namun Arsyid dan Andreas Taulany mesti menelan pil pahit karena
Airin kembali menang jadi Wali Kota Tangerang Selatan periode 2011-2016.
Airin bersama Benjamin Davnie lantas dilantik menjadi wali kota dan wakil wali kota pada 20 April 2011.
Pada tahun pertama dan kedua pemerintahannya,
program Airin menitikberatkan pada pembangunan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Pada tahun ketiga, program
Airin bergerak pada pengentasan warga dari kemiskinan. Nah, setelah sekitar 2,5 tahun
Airin menjabat, tidak dinyana
proyek alat kesehatan yang tendernya dimenangi perusahaan sang suami dan kroni terendus
KPK. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa, Bu Wali Kota sudah seharusnya dimintai tanggung jawab. “Masak sih sebagai wali kota dia tidak tahu soal proyek-proyek besar. Apalagi, tanpa persetujuan wali kota, kan anggaran tidak bisa cair,” tutur Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Uchok Sky Khadafi.
Belum ada tanggapan untuk "Airin belum mau berkomentar tentang dugaan korupsi alat kesehatan"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.