Perahu membelah air yang terentang dari Desa Handil di pinggir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, selama 15 menit sebelum menyentuh fasilitas minyak dan gas milik PT Total E&P Indonesie. Para wartawan, yang diundang Total beberapa pekan lalu ke sana, sudah mengenakan pakaian keamanan seperti yang diminta, yakni kacamata “pabrik”, penutup kuping, dan baju kerja terusan berwarna kuning mencolok.
Anjungan itu menjadi pusat pengolahan minyak dan gas dari 410 sumur di Lapangan Handil di Blok Mahakam. Di sana, minyak dan gas dipilah. “Minyak kami kirim ke terminal di Senipah, sedangkan gas ke terminal LNG Bontang,” kata Sudjud Sudjarwadi, site manager anjungan itu.
Dari Lapangan Handil dan lapangan-lapangan lain, Blok Mahakam ini setiap hari mampu memompa 67 ribu barel minyak (termasuk kondensat atau minyak hasil samping tambang gas) dan 1.700 mmscfd gas. Jumlah ini sangat besar karena produksi keseluruhan minyak Indonesia sekarang kurang dari 900 ribu barel per hari dan gas sekitar 8.700 mmscfd.
Blok tambang minyak dan gas raksasa yang separuh sahamnya dipegang Total dari Prancis dan separuh lagi dipegang Inpex dari Jepang ini mulai tiga tahun lagi bakal “
dinasionalisasi”. Masa kontrak blok itu, yang dipegang dan dioperasikan Total sejak 1967, bakal habis.
Pemerintah sudah menyatakan kontrak yang dipegang Total-Inpex tidak akan diperpanjang dan akan diserahkan ke Pertamina. Keputusan ini dilansir pemerintah pada Jumat, 21 November. Pertamina pun segera mengirim surat ke pemerintah. “Di dalam surat kepada pemerintah, kami menyatakan siap menjadi operator di Blok Mahakam,” ujar Muhamad Husen, Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Pertamina.
|
Blok Mahakam sebelumnya dipegang TOTAL |
Melalui proposal itu pula Pertamina akan menyatakan dirinya mampu secara teknologi maupun finansial sebagai operator di Blok Mahakam. “Terkait dengan teknologi dan finansial, tidak ada masalah,” kata Husen, yang juga menjabat Direktur Hulu Pertamina. Urusan kesiapan finansial yang dijanjikan Pertamina ini penting karena bakal menentukan Mahakam masih bisa dikembangkan atau nantinya malah produksinya turun dan membuat susah semua orang. Beberapa pekan sebelum keputusan memberikan blok ini ke Pertamina, Total Indonesie mengatakan investasi termasuk untuk pengembangan sumur baru mencapai sekitar US$ 2,5 miliar (Rp 30 triliun) per tahun.
Kepala Komunikasi Total Indonesie, Arividya Noviyanto, seperti dikutip
Reuters, saat itu mengatakan mereka bisa berinvestasi pengembangan sampai US$ 7,3 miliar (Rp 88,8 triliun) jika kontrak diperpanjang. Saat itu mereka meminta keputusan perpanjangan segera diberikan. Jika keputusan berlarut dan tidak ada investasi pengembangan, katanya, “Produksi bisa turun 73 persen.”
Setelah keputusan muncul dan dipastikan Pertamina mengambil alih, Total tidak bersedia memberi komentar apa pun, termasuk apakah mereka akan menghentikan investasi di sana. “Karena masih berproses,” kata Kristanto Hartadi, Kepala Departemen Hubungan Media Total Indonesie. “Kami tidak ingin berdialog atau bernegosiasi lewat media.”
Negosiasi memang masih dijalankan karena, meski blok sudah dipastikan akan berpindah ke Pertamina, Total tidak ingin blok yang produksinya sangat besar ini lepas begitu saja. Mereka meminta masa transisi lima tahun untuk alih teknologi dan pengalaman dalam bentuk unit operasi bersama.
Total Indonesia mengatakan pola ini sudah dijalankan mereka di Lapangan Bongkot, Thailand, dengan perusahaan minyak Negeri Gajah Putih, PTT Exploration Production. “Kami melihat, opsi yang terbaik kalau Pertamina masuk, ya, harus transfer teknologi,” kata Arividya Noviyanto.
|
Blok Mahakam |
Pertamina sendiri meminta pemerintah menyerahkan sepenuhnya
Blok Mahakam. Jika ada perusahaan yang ingin bergabung di sana termasuk Total diputuskan dalam tingkat bisnis ke bisnis alias Pertamina sendiri, bukan pemerintah ke bisnis.
Malah, perusahaan minyak negara ini mengusulkan peluang lain. Jika Total tetap ingin memiliki saham di blok ini, mesti ditukar dengan sebagian saham milik Total di tambangtambang di luar negeri. “Nilai blok migas (di luar) ini harus setara dengan nilai kepemilikan saham Total di Blok Mahakam,” kata juru bicara Pertamina, Ali Mundakir.
Tapi pemerintah belum memastikan bagaimana nantinya nasib Total. Apakah semuanya akan diserahkan ke Pertamina atau Total tetap disertakan. Kepala Unit Pengendali Kinerja Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan pemerintah masih menunggu proposal Pertamina.
Yang jelas, jika di dalam proposal itu Pertamina akan mengajak Total, harus diperhitungkan juga keuntungannya bagi Pertamina. “Kalau dia mau memakai Total, kan harus dapat benefit, itu harus dihitung sama Pertamina,” kata Widhyawan. Sumber:majalahdetik.
Belum ada tanggapan untuk "Pertamina mengambil alih Blok Mahakam"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.