Menteri Perindustrian M.S. Hidayat rupanya sering bepergian ke Korea Selatan. Tentu saja Pak Menteri bukan karena penggemar K-pop sehingga sering ke Seoul. Tugas beliau berangkat ke negeri ginseng itu adalah untuk membujuk agar raksasa-raksasa industri Korea bersedia membuka pabrik di Indonesia. Salah satu sasaran “tembak” Hidayat selama lebih dari setengah tahun ini adalah Samsung. September tahun silam, saat berkunjung ke Seoul, Hidayat dan Menteri Koordinator Perekonomian saat itu, Hatta Rajasa, bertemu dengan Wakil Presiden Samsung, Kang Ho-moon. Dua menteri ini membujuk agar pabrik smart phone terbesar dunia itu menjatuhkan pilihan pada Indonesia sebagai lokasi pabrik dan saat itu Samsung masih menimbang-nimbang.
Tapi, beberapa bulan kemudian, saat kembali ke Seoul, Hidayat sempat bertemu dengan para petinggi Samsung selama sekitar satu jam. “Setelah diskusi satu jam, Samsung menyatakan telah membuat keputusan untuk berinvestasi di Vietnam, bukan Indonesia,” ujar Hidayat. Penolakan Samsung ini terasa menyakitkan karena, sebelumnya, komitmen investasi raksasa elektronik Taiwan, Foxconn, tidak juga terealisasi. Nilai investasi Foxconn itu dijanjikan sampai US$ 10 miliar (Rp 119 triliun).
Nilai
investasi Samsung di Vietnam, menurut media lokal di sana, juga spektakuler.
Samsung sudah mengumumkan membuat pabrik chip komputer dan komponen elektronik senilai US$ 1,2 miliar (Rp 14 triliun). Total, nantinya
investasi Samsung di negeri yang pasarnya jauh lebih kecil dari Indonesia itu akan mencapai US$ 5,7 miliar (Rp 67 triliun).
Angka-angka ini spektakuler karena, sepanjang tahun lalu, investasi asing di Indonesia hanya sekitar Rp 270 triliun. Jika Foxconn jadi membuat pabrik di Indonesia dan nilai investasi Samsung di Indonesia seperti di Vietnam, nilainya sudah dua pertiga dari total modal asing yang masuk Indonesia.
Penolakan Samsung ini membuat berang Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung, yang menggantikan Hatta. Jika Samsung tetap membuat ponsel di Vietnam, katanya, ponsel impor akan dikenai pajak barang mewah. “Silakan kalau mereka bangun di suatu tempat karena insentif yang luar biasa, tetapi mereka mesti tahu, masuk ke Indonesia akan dikenai PPnBM (pajak penjualan barang mewah),” katanya. “Negara kan tidak boleh kalah.”
Vietnam memang memberikan insentif yang luar biasa kepada Samsung. Sadar bahwa pasarnya kecil, Vietnam tidak menarik pajak badan usaha selama 30 tahun kepada Samsung. Bukan hanya itu, Samsung mendapatkan lahan gratis untuk membangun pabrik.
Tentu saja Samsung tidak akan mendapat hadiah seperti itu jika mendirikan pabrik di Indonesia. Pasalnya, kebijakan tax holiday di Indonesia hanya berlaku dalam kurun waktu 5-10 tahun sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pemerintah.
Selain itu, tidak ada kebijakan investasi berapa pun besar nilainya akan mendapat fasilitas lahan secara gratis. Permintaan fasilitas serupa juga pernah diajukan Foxconn, produsen komponen gadget, seperti BlackBerry, iPhone, dan iPad Perusahaan asal Taiwan itu sempat meneken memorandum of understanding atau nota kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi Jakarta dan berencana mendirikan pabrik di Kawasan Berikat Nusantara, Cilincing, Jakarta Utara. Cuma, Foxconn meminta diberi lahan gratis seluas 200 hektare. Alasan Foxconn, mereka mendapat lahan gratis di Cina. Jadi Indonesia juga mesti memberikan lahan kepada mereka karena nilai investasinya raksasa.
Pemerintah mencatat pabrik-pabrik gadget ini memang lebih reseh saat akan menanamkan modal. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Mahendra Siregar mengatakan tuntutan investor elektronik lain di luar gadget tidak se-ribet mereka. “Mereka meminta fasilitas atau insentif yang tidak dimungkinkan, seperti tax holiday berpuluhpuluh tahun, bahkan kalau di Vietnam itu bisa sampai 50 tahun, dan minta bebas dari sewa tanah,” kata Mahendra.
Biasanya investor meminta insentif pajak atau fasilitas tertentu sebagai kompensasi karena nilai modal yang mereka tanam di Indonesia sangat besar dan investasi mereka mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi ribuan orang. Contohnya Foxconn. Operasi Foxconn di Cina mempekerjakan lebih dari sejuta orang.
Tapi Indonesia tidak bisa menerima permintaan insentif pajak sampai 30 tahun atau lahan gratis. “Kita tidak mungkin kasih tax holiday 30 tahun dan tidak mungkin kasih tanah gratis, di mana tanahnya,” kata Chairul. Chairul mengatakan insentif selama 5-10 tahun sebenarnya cukup bagi investor untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Alasannya, Indonesia pasar yang besar.
Menteri perekonomian yang lazim dengan sapaan CT itu mengundang para investor kembali duduk bersama dengan pemerintah untuk berunding. Ia mengungkapkan ancaman penerapan pajak barang mewah itu.
Samsung Indonesia buru-buru mengirim kabar ke Korea soal ajakan bicara ini. Vice President Samsung Electronics Indonesia, Lee Kang-hyun, mengatakan mereka tidak bisa membuat keputusan apa pun. “Tentunya tawaran tersebut akan kami bicarakan lagi dengan pemimpin tertinggi di Samsung (di Korea),” ujar Lee. Sumber:majalahdetik.
Belum ada tanggapan untuk "Licik nya perusahaan Samsung"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.