Untuk melipat gandakan jumlah investor domestik di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menggenjot pemodal ritel pada industri reksa dana. Berbagai kemudahan tengah disiapkan untuk merangsang masyarakat membeli produk reksa dana. Pada 2017, investor reksa dana ditargetkan mencapai 5 juta investor dari saat ini 180.000. dengan peningkatan total nilai aktiva bersih (NAB) dari Rp 200 triliun menjadi Rp 1.000 triliun. Dengan terus meningkatnya jumlah investor domestik pada industri reksa dana, terutama reksa dana saham, pasar saham domestik diharapkan lebih stabil dan tahan menghadapi gejolak.
Deputi Komisioner OJK Bidang Pengawas Pasar Modal 2 Noor Rachman mengungkapkan, OJK bakal merevisi sejumlah peraturan untuk mempermudah masyarakat membeli produk reksa dana. Yang akan direvisi antara lain Peraturan Bapepam-LK No VD 10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal. Salah satu isi rancangan revisi beleid ini adalah membolehkan investor membuka akun reksa dana secara elektronik. Kemudahan ini berlaku bagi investor yang membeli reksa dana maksimal Rp 100 juta.
Di atas nilai tersebut, investor tetap wajib membuka pertama kali secara langsung dan bertemu tatap muka (
face to face) dengan
manajer investasi (
MI). Kemudahan lainnya, menurut Noor Rachman, nasabah individu tidak perlu menyertakan
nomor pokok wajib pajak (
NPWP). Hanya badan usaha, yayasan, dan perkumpulan berbadan hukum yang wajib melampirkan NPWP. Pembahasan draf beleid ini sudah selesai dan sedang diuji publik. “Kami sudah menerima sejumlah masukan. Salah satu contohnya adalah bagaimana aturan face to face antara investor dan MI,” kata Noor Rachman saat ditemui usai diskusi dengan kalangan pemimpin redaksi (pemred) media massa dan direksi
Bursa Efek Indonesia (
BEI) di Jakarta.
Jumlah investor di pasar modal domestik masih minim. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebutkan, per 30 April 2014 jumlah investor berdasarkan single investor identity (SID) mencapai 334.796, terdiri atas 325.245 investor lokal dan 9.551 investor asing. Investor lokal mencakup 4.411 investor institusi dan 320.834 investor individu. Sedangkan investor asing meliputi 6.637 investor institusi dan 2.914 investor individu. Adapun, berdasarkan sub rekenikng efek (SRE) per 30 April 2014, jumlah investor mencapai 427.498, terdiri atas 415.717 investor lokal dan 11.781 investor asing. Investor lokal mencakup 7.264 investor institusi dan 408.453 investor individu. Sedangkan investor asing meliputi 8.448 investor institusi dan 3.333 investor individu.
Jumlah investor pasar modal Indonesia masih separuh dari jumlah investor pasar modal di negara-negara tetangga yang populasinya jauh lebih sedikit. Data C-Best KSEI menunjukkan, aset investor asing per April 2014 mencapai Rp 1.698 triliun dari total aset Rp 2.912 triliun. Hingga kini investor asing masih menentukan pergerakan harga saham di bursa domestik.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) Denny Taher yang dihubungi Investor Daily mengungkapkan, dengan dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pihaknya optimistis sasaran Arsitektur Pengelolaan Investasi Indonesia yang menjadi road map industri reksa dana dapat dicapai. Berdasarkan aristektur tersebut, APRDI menargetkan jumlah investor reksa dana pada 2017 mencapai 5 juta investor dengan total nilai aktiva bersih (NAB) Rp 1.000 triliun. Saat ini, investor reksa dana berjumlah 180.000 dengan total NAB sekitar Rp 200 triliun. “Kami masih punya waktu tiga tahun lagi untuk mencapainya.
Dengan dukungan otoritas dan stakeholders lainnya, kami yakin target 5 juta investor dan Rp 1.000 triliun NAB dapat dicapai,” ujar Denny. Denny Taher menjelaskan, untuk mencapai target tersebut, APRDI bersama otoritas dan pihak terkait lain mencanangkan berbagai gerakan yang dapat merangsang masyarakat untuk berinvestasi di reksa dana. Gerakan itu di antaranya Ayo Investasi, Gerakan Nasional Cinta Pasar Modal, dan Pekan Reksa Dana. “Kami juga datang ke kampus-kampus untuk memberikan sosialisasi dan edukasi tentang reksa dana,” tutur dia.
Yang dibutuhkan masyarakat saat ini, menurut Denny, adalah kemudahan mengakses produk-produk reksa dana. Sedangkan yang diperlukan industri yaitu kemudahan mendistribusikannya. “Kami terus memperluas distribusi hingga supermarket-supermarket. Selama ini 90% pendistribusian reksa dana lewat bank,” ucap dia. Denny Taher menambahkan, APRDI juga terus mengupayakan kemudahan bertransaksi reksa dana. “Sekarang produk reksa dana bisa dibeli seharga Rp 100.000 agar bisa dijangkau segenap lapisan masyarakat. Selain itu, untuk memudahkan transaksi, kami mendorong manajer investasi (MI) untuk menerapkan transaksi secara elektronis,” papar dia.
Dia mencontohkan, dalam melakukan transaksi dengan nilai kecil, investor reksa dana tidak perlu bertatap muka dengan orang MI atau harus disertai pemberitahuan tertulis. Membuka rekening pun bisa diupayakan secara online. “Jadi, prinsip mengenal nasabah (know your customer/KYC)- nya menggunakan pendekatan lain . Kecuali itu, transaksi yang besar dan kecil harus dibedakan. Misalnya transaksi Rp 1 miliar dibedakan dengan transaksi Rp 100.000,” papar dia. Denny Taher menegaskan, jumlah masyarakat yang potensial menjadi investor reksa dana sangat besar. Saat ini, jumlah masyarakat kelas menengah mencapai 50 juta dengan pertumbuhan 7 juta orang per tahun. “Setiap tahun, Indonesia mencipatakan ‘satu Singapura’ baru. Kalau kita ambil 10%-nya saja, berarti ada 700.000 orang yang potensial sebagai calon nasabah reksa dana,” tandas dia. Sumber:SP
Artikel Terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Targetkan 5 juta INVESTOR REKSA DANA"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.