Ekspor mobil dari Indonesia terus meningkat. Besar pasar dalam negeri memikat pemegang merek membuka pabrik di sini. BENTUKNYA mirip gedung parkir lima lantai. Gedung yang sedang dibangun di kawasan terminal bongkar muat mobil di Pelabuhan Tanjung Priok itu dijadwalkan selesai tahun depan. Bangunan ini bakal bisa memuat hampir 5.000 mobil.
Pengelola terminal bongkar-muat mobil di Tanjung Priok, PT Indonesia Kendaraan Terminal, memang terus menambah kapasitas mereka. Sampai akhir tahun lalu, fasilitas mereka hanya bisa menampung 6.000 mobil, tapi tahun ini diperluas hingga muat sekitar 10 ribu unit. Jika gedung yang sedang dibangun itu selesai tahun depan, terminal itu bisa sekaligus digunakan hampir 15 ribu mobil. “Ini antisipasi seiring dengan meningkatnya ekspor mobil,” ujar Bimo Widhiatmoko, Direktur Operasi dan Komersial PT Indonesia Kendaraan Terminal, saat menerima inspeksi Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi pada 7 April lalu.
Ekspor mobil memang terus meningkat. Dua tahun silam, ekspor mobil hanya 125 ribu unit, tahun lalu 170 ribu unit, dan tahun ini diperkirakan tembus 200 ribu unit. Mobil ekspor ini membutuhkan terminal yang makin luas di Tanjung Priok.
Dari sisi nilai devisa yang diraup, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak mengatakan ekspor produk otomotif Indonesia tahun lalu mencapai US$ 4,45 miliar (sekitar Rp 50 triliun). Lebih dari separuhnya, US$ 2,55 miliar, adalah mobil jadi, sedangkan sisanya suku cadang. “Trennya terus tumbuh,” ucapnya. Meski nilai ekspor lumayan besar, Indonesia mesti bekerja keras karena angka ini masih kalah jauh dari Thailand. Ekspor otomotif dari Bangkok tahun lalu mencapai US$ 25 miliar (lebih dari Rp 250 triliun) dengan porsi suku cadangnya 27 persen.
Meski angkanya masih jauh di bawah Thailand, pertumbuhan Indonesia lebih bagus. Dalam 5 tahun terakhir, ekspor mobil dari Indonesia tumbuh hampir 40 persen per tahun. Sedangkan Thailand, pada periode yang sama, hanya tumbuh 20 persen. Untuk mendorong ekspor ini, pemerintah berusaha memikat agar pabrikan bersedia berinvestasi di Indonesia. Dengan begitu, “Indonesia akan menjadi basis produksi mobil sejumlah pabrikan tersebut,” katanya. Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, serta Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pun sedang membahas kebijakan insentif yang memang bisa mendorong laju ekspor mobil. “Memang ada beberapa hal yang sedang dipertimbangkan, seperti pemberian insentif fiskal dan fasilitas kredit ekspor kepada eksportir,” kata Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian Soerjono.
Cuma, pemerintah masih perlu mematangkan pembahasan ini. “Kami tidak ingin insentif yang diberikan ini menjadi tak efektif, tapi justru membuat ekspor semakin bertambah,” ujarnya. Paket insentif ini diperlukan karena Indonesia tidak hanya ingin mendorong investasi dari principal alias pemilik merek yang sekarang sudah membuka pabrik di Indonesia, tapi juga dari merek lain yang saat ini menjadikan negeri ini hanya sebagai pasar. “Produsen otomotif Korea, seperti Hyundai dan Kia, diharapkan juga membuka basis produksi mereka di Indonesia untuk tujuan ekspor,” ucap Ishak. Untungnya, investor mulai melihat Indonesia cocok sebagai basis produksi mereka. Soerjono mengatakan salah satu acuan pertumbuhan yang menjadi ukuran para principal bahwa Indonesia layak ekspor adalah tingkat penjualan mobil di Indonesia.
Gaikindo mencatat, pada 2013 penjualan mobil di Indonesia tembus 1,2 juta unit. Sedangkan target pada 2014 sebesar 1,3 juta unit. Pertumbuhan tingkat konsumsi mobil di Indonesia tersebut, menurut Soerjono, membuat para principal itu menjadi lebih percaya diri membuka pabrik dan menjadikan negeri ini sebagai basis produksi. Dengan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi, mereka akan mengekspor produk yang dibuat di Indonesia. Yang menjadi masalah, keputusan ekspor itu berada di tangan para pemilik merek. “Setiap kebijakan ekspor ditentukan oleh principal mereka dari negara asal pabrikan Honda, yaitu Jepang, serta permintaan pesanan dari negara pengimpor,” kata Direktur Pemasaran dan Layanan Pascapenjualan Honda Prospect Motor Jonfis Fandy.
Honda saat ini mengekspor seri Freed ke Thailand dan Malaysia. Pabrik mereka sendiri, yang semula berkapasitas 80 ribu unit per tahun, sudah dikembangkan sehingga bisa membuat 200 ribu unit setahun. Selain soal keputusan di tangan eksekutif pemilik merek, Indonesia masih menghadapi masalah infrastruktur untuk menggenjot ekspor. Asisten Kepala Seksi Luar Negeri PT Suzuki Indomobil Motor, Reza Arizenda, meminta pemerintah meningkatkan mutu infrastruktur. “Ini agar dapat mendorong aktivitas ekspor,” katanya.
Seperti Honda, Suzuki terus memperbesar pabrik. Juru bicara PT Suzuki Indomobil Motor, Nurul Wardah, mengatakan selama ini mesin mobil mereka dibuat di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Sedangkan pabrik perakitan dan sasis berada di Bekasi, Jawa Barat. “Kami sedang membangun pabrik baru seluas 173 hektare di Cikarang Pusat,” ucapnya. Pabrik di Cikarang itu akan meningkatkan kapasitas pabrik dari 180 ribu menjadi 120 ribu unit per tahun. Pabrik di Cikarang ini memproduksi model Ertiga dan Karimun Wagon. Penambahan kapasitas ini membuat produksi mereka, yang pada 2009 masih 60 ribu unit, menjadi 160 ribu unit pada tahun lalu. Sumber:majalahdetik.
Belum ada tanggapan untuk "Ekspor mobil Indonesia akan terus meningkat"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.