Amarah
Ferdi Hasan belum mereda. Rontok sudah kepercayaannya terhadap lembaga perencana keuangan pimpinan Ligwina Hananto, QM Financial. Setelah merugi miliaran rupiah,
Ferdi merasa kapok menggunakan jasa perencana keuangan. Lantas, bagaimana Ferdi bisa termakan bujukan Ligwina? Berikut kronologinya.
Anugrah Firdaus atau yang lebih dikenal dengan nama
Ferdi Hasan merupakan salah satu dari klien QM Financial yang bernasib malang. Presenter yang pamornya terangkat oleh acara kuis di televisi ini tak menyangka akan mengalami kerugian investasi berlipat-lipat.
Bagaimana tidak, Ferdi telah membayar jasa perencana keuangan untuk membantunya mengalokasikan dana. Namun, sayang, produk investasi yang ditawarkan Ligwina Hananto tidak berujung pada hasil yang diharapkan.
Kepada KONTAN, Ferdi membagi kisahnya. Ferdi mengaku tidak pernah meminta produk agresif dari Ligwina. Menurut penuturannya, seluruh produk yang ditawarkan kepadanya merupakan inisiatif dari QM Financial. Dua tahun pertama menjadi klien QM Financial, ia masih setia pada produk-produk konservatif. Selanjutnya, Ligwina dan Benny Raharjo, selaku perencana keuangan QM Financial lainnya, mulai mengarahkannya untuk berinvestasi di
Golden Traders Indonesia Syariah (
GTIS) pada tahun 2010.
"Mereka yang carikan produk baru. Bukan saya yang minta. Seratus persen inisiatif dari QM Financial. Saya tidak pernah meminta dicarikan produk agresif atau menargetkan imbal hasil tertentu," ujar Ferdi.
Bintang iklan ini juga menegaskan penambahan investasi dilakukannya melalui diskusi dengan QM Financial. Keputusannya untuk mengalokasikan dana lebih besar pada suatu instrumen investasi juga telah disetujui oleh QM. Alhasil, Ferdi menambah investasi Rp 1 miliar menjadi Rp 2 miliar pada tahun 2010 di Raha Indeks Trading.
Namun, ternyata Ferdi malah menderita kerugian di Raha Indeks Trading. Selanjutnya Ligwina menawarkan instrumen lain berupa GTIS dengan tujuan dapat mengembalikan uang Ferdi yang lenyap. Ferdi bahkan diperkenalkan Ligwina langsung dengan Michael Ong, pemilik GTIS.
Selama satu tahun, GTIS berjalan lancar. Seiring dengan itu, Ferdi disarankan membenamkan uangnya pada instrumen lain, yakni CV Panen Mas dan PT Trimas Mulia. Malangnya, GTIS, Trimas, dan Panen Mas kolaps pada waktu berdekatan.
Kekecewaan Ferdi tidak sampai di situ. Belakangan, ia mengetahui bahwa Benny Raharjo merupakan salah satu pemegang saham CV Panen Mas. Ferdi mencium iktikad buruk dari personel QM Financial yang nyatanya lebih mengutamakan kepentingan perusahaan daripada kliennya.
Dihubungi terpisah, Ligwina Hananto keukeuh mengaku telah menjalankan prinsip integritasnya. Menurutnya, proses pencarian informasi dan diskusi alternatif produk dilakukan secara terbuka bersama klien. Keputusan penggunaan produk sepenuhnya diserahkan pada klien dan tidak ada paksaan dalam bentuk apa pun.
"Keuntungan dan kerugian dinikmati oleh investor. Kami selalu membahas keunggulan dan kekurangan suatu produk, dan sudah mengingatkan tentang kemungkinan terburuk," ungkap Ligwina melalui pesan singkat kepada KONTAN.
Ferdi melaporkan Ligwina ke Polda Metro Jaya pada Desember 2013. Untuk mengetahui tindak lanjut aparat penegak hukum, Ferdi kembali mempertanyakan laporannya ke Polda Metro Jaya, Senin (14/4/2014) kemarin. Ke depannya, Ferdi pun menutup pintu untuk menggunakan jasa perencana keuangan.
Artikel Terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Ferdi Hasan merasa kapok menggunakan jasa perencana keuangan"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.