Royalcharter -
Liputan majalah detik. Sudah sepekan ini
Ratu Atut Chosiyah sering bengong sendirian. Kehidupan mewah harus ditanggalkannya. Makanan lezat, busana bermerek, wira-wiri dengan mobil mewah,dan layanan VVIP mesti dijauhi Atut. Dunia Gubernur Banten itu kini sebatas ruangan berjeruji besi di Blok C-13 Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Atut ditahan di sel bersama 15 tahanan lain
Di bangsal berukuran 4 X 6 meter persegi dengan satu kamar mandi itu, ia harus berbagi dengan 15 tahanan lainnya. Di rutan, orang nomor satu di Banten itu tidak mau bertegur sapa dengan penghuni sel lainnya, yang dipenjara karena pencurian dan narkoba. Cenderung dingin dan memilih menyendiri. Ia hanya beranjak dari ruangan tahanan bila hendak beribadah atau makan. Rupanya
Atut pilih-pilih teman. Bila bertemu dengan beberapa sosialita yang juga ditahan di Rutan Pondok Bambu, ia bersikap ramah. Saat berjumpa dengan pengusaha
Hartati Murdaya, misalnya. Atut cipika-cipiki dengan terdakwa suap di Kabupaten Buol itu. Begitu juga saat ia disambangi
Angelina Sondakh, terdakwa kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games Palembang, yang baru saja dihukum 12 tahun oleh Mahkamah Agung.
Hari itu, Kamis, 27 Desember 2013, Atut kebetulan sedang dibesuk keluarga besarnya. Ada anaknya, Andika Hazrumy, beserta istri, Adde Rosi Khoerunissa; adik ipar nya, Airin Rachmi Diany, serta kuasa hukum Atut, Firman Wijaya. Paginya, adik Atut, Ratu Tatu Chasanah, dan ibu kandung mereka, Wasiah, juga datang menengok. Tanpa makeup tebal dan jilbab, Atut duduk lesehan dengan keluarganya. Tangannya diletakkan di kening. Sejurus kemudian, kepalanya jatuh ke pangkuan Airin. Atut lantas menangis tersedu-sedu. Andika sigap memeluk dan menenangkan ibunya itu.
Perlakuan terhadap Atut di sel menimbulkan kecemburuan bagi napi lain
Atut biasa berlama-lama dengan keluarganya di dalam rutan perempuan tersebut. Hal itu rupanya menimbulkan kecemburuan bagi napi lain. Mereka juga merasakan diskriminasi ketika keluarga Atut bisa membesuk tanpa antre. Perlakuan tidak setara itu membuat para napi berencana menggelar demo.
“Di luar memang beda, tapi di sini harusnya sama saja,” kata seorang napi senior.
Atut ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus suap perkara Pilkada Lebak, Banten, di Mahkamah Konstitusi pada 20 Desember 2013. Ia menyusul adiknya, Tubagus Chaeri Wardhana, yang ditahan dalam kasus yang sama.
Suap pilkada Lebak menyeret Atut masuk bui
Selain karena kasus suap Pilkada Lebak, kakak-adik itu ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pengadaan alat kesehatan di Pemerintah Provinsi Banten. Juru bicara Atut, Jazuli, menuding penahanan Atut itu dilakukan KPK tanpa rasa kemanusiaan.
Atut ditahan tepat 40 hari kematian Hikmat Tomet, suaminya. Pada 26 November 2013, adik Atut, Tubagus Hafid Habibullah, meninggal. Selain itu, duka Atut atas perginya sang ayah, Tubagus Chasan Sochib, belum hilang. Atut juga ditahan dalam kondisi sakit. Namun, Jazuli mengelak menyebutkan penyakit yang diderita Atut. Firman menambahkan, meski berstatus tersangka, Atut masih merupakan kepala daerah aktif. Karena itu, ia harus keluar dari Rutan Pondok Bambu untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai Gubernur Banten.
“Beliau kan masih penyelenggara negara,” kata Firman.
Atut berupaya keluar dari Rutan
Atut berupaya keluar dari Rutan. Ia mengajukan permohonan penangguhan penahanan. Belakangan, penangguhan tersebut ditolak komisi antirasuah itu. Firman mencoba mengalihkan status Atut menjadi tahanan kota. Tapi Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto justru menyatakan akan mengirim surat ke Kementerian Dalam Negeri, meminta Atut dinonaktifkan.
Hingga kini, Kementerian berpendapat Atut masih merupakan Gubernur Banten. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Atut baru akan diberhentikan sementara apabila statusnya menjadi terdakwa. Wakil gubernur kemudian ditunjuk sebagai pelaksana tugas. Atut baru akan dipecat bila dinyatakan terbukti bersalah sampai ada putusan berkekuatan hukum tetap (inkracht).
Namun, meski masih menjabat gubernur, selama ditahan, belum ada tanda-tanda Atut berkoordinasi dengan aparatur Pemprov Banten. Terutama dengan wakilnya, Rano Karno. Pada 24 Desember 2013, Atut berkirim surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Isinya mengembalikan mandat melantik Arief Wismansyah dan Sachrudin sebagai Wali Kota Tangerang. SBY lalu menunjuk Rano untuk melantik pasangan tersebut. "Koordinasi" dilakukan Atut dengan keluarganya, yang juga menjadi penguasa beberapa daerah tingkat dua di Banten. Atut berpesan agar mereka tetap bekerja seperti biasa dan menjaga Banten. Namun mereka membantah Atut menyerahkan Banten kepada keluarga.
"Masak seperti kerajaan diberikan ke saya?" ujar Ratu Tatu, Wakil Bupati Serang.
Pemprov Banten makin limbung
Situasi pemerintahan di Pemprov Banten dikabarkan makin limbung. Sebelum Atut masuk bui, dua jabatan kepala dinas sudah kosong, yakni Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Kesehatan. Begitu Wawan ditangkap KPK, sejumlah proyek di Banten senilai lebih dari Rp 300 miliar gagal tender. Maklum, Wawan dan kelompoknya banyak menggarap proyek di Banten. Informasi lain menyebutkan para pegawai satuan kerja perangkat daerah makin terpecah dalam kelompok-kelompok. Melihat kacaunya pemerintahan Banten ini, politikus di Bumi Jawara mengusulkan agar Atut mengundurkan diri. Usulan lainnya adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten menggunakan hak angket atau interpelasi.
Desakan agar Atut mundur datang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai pengusung Rano, dan Partai Keadilan Sejahtera. Politikus PDI Perjuangan Banten, Agus Wisas, menilai banyak persoalan Banten yang harus diselesaikan. Di sisi lain, tidak ada kejelasan kapan Atut bakal selesai menjalani proses hukum.
Belum lagi, warga Banten tidak ikhlas dipimpin dari dalam bui. “Pemerintahan ini bukan perusahaan dan bukan kartel narkoba,” kata Agus. Saran agar Atut mundur juga dilayangkan politikus PKS, Ei Nurul Khotimah. Ia menilai, akan lebih terhormat bila Atut legawa meletakkan jabatannya.
Kengototan tetap berkuasa di Banten hanya akan memperburuk citra Atut sendiri. “Ini soal etika dan moral pemimpin,” ucap Ei. Tapi, di luar parlemen, penolakan terhadap Rano, yang bakal menggantikan Atut, berembus kencang. Suara itu berasal dari kalangan dekat keluarga Atut. Rano dianggap belum mempunyai kapabilitas mengendalikan pemerintahan apabila ditinggalkan Atut.
Rano Karno belum siap jadi Gubernur Banten
Dari awal mendampingi Atut, Rano lebih banyak menunggu perintah Atut. Ia jarang mengeluarkan inisiatif selaku wakil gubernur. Sudah begitu, Rano tak acuh terhadap tokoh-tokoh Banten. Rano jarang melakukan silaturahmi, yang merupakan budaya masyarakat Banten. “Sebagian tokoh menganggap Rano tidak bisa menjadikan dirinya berkarakter Banten,” kata Udin Saparudin, orang dekat Atut.
Sejauh ini, masih sulit memetakan secara pasti sikap politik para anggota legislatif Banten. Di tingkat pimpinan DPRD Banten, mereka memutuskan tidak akan meminta Atut mundur. Hak angket atau interpelasi sudah tertutup karena kasus Atut telah masuk ranah hukum. DPRD akan mengundang Sekretaris Daerah Pemprov Banten untuk membicarakan apa saja tugas gubernur yang bisa diwakilkan dan yang tidak. Pengajar ilmu politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Gandung Ismanto, menilai DPRD Banten sudah dikendalikan oleh Atut dengan Golkar sebagai partai utamanya.
Sebagian aktor kunci di DPRD Banten berada dalam satu kepentingan ekonomi dengan keluarga Atut. Beberapa waktu lalu, muncul istilah Tim Samurai, merujuk pada anggota Dewan yang berkongkalikong dengan Wawan soal anggaran. “Ada joke, sebenarnya parpol di Banten hanya Golkar,” kata Gandung.
Rano sendiri tidak ambil pusing dengan situasi politik Banten pasca penahanan Atut. Menurut dia, tidak ada niat mengambil keuntungan dari nasib yang dialami Atut. Secara konstitusi, Rano harus siap melakukan apa pun yang menjadi tugasnya nanti. Ia juga membantah adanya penolakan dari keluarga Atut. “Enggak ada. Saya hanya akan bekerja berdasarkan profesionalisme,” kata Rano. Sumber:majalahdetik.
Belum ada tanggapan untuk "Peta kekuatan POLITIK dinasti BANTEN "
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.