Krisis yang sedang berlangsung di
Ukraina menjadi wildcard bagi pelaku market. Kemungkinan bahwa risiko utama yang tak terduga terhadap sentimen pasar masih berjalan tinggi.
Ukraina bukanlah negara besar seperti Cina, Thailand, atau Indonesia.
Namun, krisis yang terjadi di negara pecahan Uni Soviet ini membuat negara-negara besar seperti AS ketakutan mengapa? Ada lima alasan mengapa krisis
Ukraina harus segera diatasi, seperti dilansir
CNN.
- Ukraina adalah merupakan negara penghubung perdagangan Eropa Timur Rusia ke Eropa. Ekonomi Ukraina tidak memiliki kekuatan dalam ekonomi global, tapi justru kondisi geografisnya. Rusia menyuplai 25 persen kebutuhan gas Eropa dan setengah kebutuhan itu di pompa melalui Ukraina.
- Salah satu prospek yang tidak biasa pada 10 negara ekonomi terbesar adalah memberi sanksi pada anggotanya. Namun Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, AS sedang mempertimbangkan sanksi bagi Rusia. Presiden AS Barack Obama juga sedang "mempertimbangkan semua pilihan". Tidaklah benar kalau Rusia tidak bergantung pada ekonomi internasional. Hampir setengah perdagangan di Rusia adalah dengan negara-negara Eropa. Rusia juga memerlukan impor untuk menjaga pasokan barang bagi rakyatnya. Dan hal ini juga berarti sebaliknya.
- Kenaikan harga di Eropa. Ukraina merupakan eksportir gandum dan jagung terbesar. Harga kedua komoditas ini akan meningkat jika krisis Ukraina terus berlanjut. Hal ini akan meningkatkan ketidakseimbangan harga di wilayah yang mengkonsumsi kedua komoditas tersebut.
- Pemerintah Ukraina memerlukan bantuan. Masalah ekonomi tidak akan begitu fluktuatif jika Ukraina memiliki ekonomi yang kuat. Tahun ini negara tersebut harus melunasi 13 miliar dolar AS dan 16 miliar dolar AS di akhir 2015. Tanpa bantuan, negara ini akan menghadapi default. "Untuk mencegah kehancuran yang sempurna dalam beberapa pekan ke depan, Ukraina memerlukan uang," kata Kepala Ekonom Institute of International Finance, Lubomir Mitov. Ukraina tidak akan bertahan dalam beberapa bulan ke depan tanpa reformasi. Tidak jelas dari mana uang tersebut didapatkan, terutama setelah Moskow membekukan dana talangan sebesar 15 miliar dolar AS. Sumber dana lain yang bisa diupayakan adalah dari Dana Moneter Internasional (IMF). Managing Director IMF Christine Lagarde menyatakan tengah berkonsultasi apakah dana bantuan kepada Ukraina dapat disesuaikan dengan kebutuhannya, yaitu 35 miliar dolar AS.
- Ukraina bukan satu-satunya negara berkembang yang rentan krisis. Instabilitas Ukraina muncul di tengah masa-masa sulit bagi negara berkembang di seluruh dunia. Hal ini terjadi setelah bank sentral AS melakukan pengurangan stimulus atau quantitative easing (QE). Situasi di Ukraina mendorong investor untuk mengurangi risikonya di negara berkembang lain yang ekonominya juga sedang melambat. Masalah di Ukraina juga akan menyakiti perbankan Rusia yang banyak menyalurkan kredit ke Ukraina.
Indonesia sangat prihatin dengan memburuknya situasi politik di Ukraina. Jika ini dibiarkan berlanjut maka negara Eropa Timur khawatir akan mengancam hubungan antar negara. Pemerintah Indonesia mendorong agar pihak-pihak yang terkait dalam krisis Ukraina untuk menahan diri dan mengedepankan jalan damai dalam penanganan krisis.
"Indonesia mendorong semua pihak yang terkait untuk menahan diri, mengelola krisis dan mengutamakan penyelesaian damai situasi di Ukraina dan senantiasa menghormati hukum internasional," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa.
Marty menegaskan, Indonesia selalu memegang prinsip penghormatan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara untuk menghadapi berbagai permasalahan internasional. Prinsip ini menjadi dasar dalam hubungan antarnegara.
Marty menambahkan, pemerintah Indonesia menyerukan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB termasuk negara anggota DK PBB agar memikul tanggung jawab untuk memelihara perdamaian dunia. Hal tersebut mengacu kepada Piagam PBB yang menjadi acuan keamanan internasional.
"Menyangkut krisis Ukraina, termasuk kemungkinan melalui pengiriman utusan khusus Sekjen PBB ke kawasan terkait," tandasnya.
Seperti diberitakan, ketegangan politik di Ukraina telah menyeret keterlibatan pemerintah Rusia. Pasca kudeta terhadap Presiden Ukraina, Viktor Yanukovich, Presiden Rusia, Vladimir Putin menginstruksikan Kementerian Pertahanan untuk menyiagakan pasukan di dekat perbatasan Rusia-Ukraina. Saat ini Yanukovich yang dikenal pro-Rusia tengah bersembunyi di Moskow.
Menurut sebuah dokumen yang tersisa, sang pemilik, Viktor Yanukovych, membelanjakan sekitar Rp 19,2 miliar hanya untuk membeli furnitur ruang makan dari satu perusahaan Jerman. Dokumen lain menyebutkan Yanukovych menghabiskan Rp 11 juta untuk ongkos satu kali kunjungan dokter hewan bagi ikan-ikan peliharaannya. “Sangat indah dan terasa damai di sini...tapi ini semua diperoleh dengan mencuri dari kami,” kata Svetlana Gorbenkova, seorang agen properti dari Kota Kiev, Ukraina, pekan lalu.
Dengan pendapatan per tahun “hanya” sekitar US$ 100 ribu atau Rp 1,15 miliar, kemewahan istana milik Yanukovych ini jadi tanda tanya, dari mana sumber uangnya. Rumah besar yang berada sekitar 20 kilometer arah utara dari Kota Kiev itu kini kosong tanpa penghuni. Sang pemilik, Presiden Ukraina yang terguling, kabur meninggalkannya begitu saja.
Setelah bentrokan berdarah di Alun-alun Kemerdekaan alias Lapangan Maidan dua pekan lalu antara polisi dan massa anti pemerintah yang menewaskan puluhan orang, posisi Presiden Yanukovych semakin terpojok. Setelah puluhan anggota parlemen dari Partai Wilayah, partai pendukung utamanya, mengundurkan diri, Yanukovych tinggal menghitung waktu.
Ditambah lagi,
parlemen Ukraina sepakat mengadukan
Yanukovych ke
Mahkamah Kriminal Internasional atas pembunuhan terhadap massa anti pemerintah di Alun-alun Maidan. Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov sudah mengeluarkan perintah penangkapan
Yanukovych atas rupa-rupa kejahatan.
Sebelum ditangkap, pada Jumat malam, 21 Februari, Yanukovych buru-buru angkat kaki dari rumahnya dengan helikopter menuju Kota Kharkiv. Diduga, sekarang Yanukovych berada di Rusia di bawah perlindungan sekutunya tersebut. “Dia tak punya nyali untuk berhadapan langsung dengan rakyatnya dan mengatakan, ‘Aku menyerah.’ Dia hanya langsung kabur. Dasar pengecut,” Ihor Knyazov, seorang juru masak, mencerca Yanukovych.
Mayor Yaroslav Berousov, komandan pasukan penjaga rumah pribadi Yanukovych, mengatakan Presiden Ukraina itu sama sekali tak menyampaikan keputusannya untuk meninggalkan Kiev kepada para pengawal. Saat para aktivis antipemerintah menggeruduk rumah di Desa Novi Petrivtsi, Vyshhorod Raion, itu, keesokan harinya Mayor Yaroslav menyerahkan kunci rumah tersebut tanpa perlawanan. “Kami akan menjaga rumah ini sampai nanti presiden baru terpilih datang... Yanukovych tak akan pulang lagi,” kata Ostap Kryvdyk, salah satu pemimpin massa antipemerintah, yang kini menduduki rumah Yanukovych.
Di Donetsk, ibu kota provinsi paling timur di Ukraina, orang-orang masih berkerumun di alun-alun kota sepanjang malam. Mereka berjaga di sekeliling patung Lenin, melindungi dari orang-orang yang berniat menumbangkan simbol hubungan Ukraina dengan Rusia itu. “Lenin merupakan bagian dari sejarah kami, bagian dari hubungan kami dengan Rusia,” kata Olga, 25 tahun, seorang ekonom. Dia takut, perubahan haluan kebijakan Ukraina, dari semula bergandengan tangan dengan Kremlin beralih ke negara-negara Uni Eropa, akan membuatnya kehilangan pekerjaan. “Teman-temanku di Uni Eropa mengatakan kami akan berada dalam masalah sangat serius jika kami berpaling ke Barat. Perekonomian kami tak cukup kompetitif. Terang lebih baik jika kami berteman dengan Rusia. Tapi juga jelas, Yanukovych harus pergi. Dia gagal, dia lemah.” Setelah Yanukovych ambil langkah seribu, negara di tepi Laut Hitam itu kini menghadapi masalah pelik. Menurut Perdana Menteri Ukraina yang baru diangkat, Arseny Yatseniuk, kantong pemerintah Ukraina sekarang “kering-kerontang”. Pinjaman senilai US$ 37 miliar yang didapat oleh Yanukovych hilang tak tentu rimbanya. “Aku ingin melaporkan kepada kalian, kas negara telah dirampok dan kini kosong,” kata Yatseniuk, Kamis, 27 Februari. Pemerintah sementara Ukraina telah meminta bantuan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menambal kas negara yang bolong. Sekarang hanya tersisa US$ 430 juta atau Rp 5 triliun di brankas pemerintah Ukraina.
Di saat kantong nyaris kosong-melompong, Ukraina malah terancam terpecah. Yanukovych, yang sudah tertendang dari Kiev, rupanya belum menyerah. “Mereka mencoba menakut-nakuti aku. Tapi aku tak punya niat meninggalkan negara ini, juga tak berniat mundur. Aku presiden yang sah,” kata Yanukovych sesaat setelah terbang ke Kharkiv. “Apa yang terjadi hari ini merupakan sebuah vandalisme, sebuah kudeta.” Dia menyamakan tindakan oposisi menggusurnya dari kekuasaan serupa dengan yang dilakukan Adolf Hitler bersama Partai Nazi di Jerman dan Austria.
Walaupun kekuasaannya cepat sekali runtuh, namun disokong oleh sekutu lamanya, Rusia, Yanukovych tak bisa dianggap angin lalu oleh pemerintah sementara di Kiev. Yang tambah bikin runyam, mantan sekutu dari timur itu sepertinya belum rela melepaskan cengkeramannya di Ukraina. Hanya beberapa saat setelah oposisi mengambil alih kekuasaan, Presiden Rusia Vladimir Putin segera memerintahkan pasukan Rusia di perbatasan bersiaga dan menggelar latihan perang.
Komentar Kremlin atas pemerintah baru di Kiev juga sama sekali tak bersahabat. “Jika segerombolan orang yang mengenakan masker hitam sembari menenteng Kalashnikov di Kiev dianggap sebagai pemerintah, sungguh sulit bagi kami bekerja sama dengan pemerintah seperti itu,” kata Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev. Tangan-tangan Rusia di Ukraina memang masih sangat kuat. Selain bergantung pada pasokan gas dari Rusia, di wilayah otonomi Crimea, sebagian besar penduduknya merupakan etnis Rusia. Pangkalan Armada Laut Hitam Rusia juga berada di Sevastopol, Crimea. Di wilayah di tepi Laut Hitam itu, bendera-bendera Rusia berkibar tinggi.
Pertengahan pekan lalu, sekelompok geng bersenjata lengkap menguasai gedung parlemen Crimea di Simferopol dan mengerek bendera Rusia. Mereka semua mengenakan tanda bertulisan ”Crimea adalah Rusia”. “Mereka tak tampak seperti relawan atau amatir. Mereka profesional,” kata Maxim, seorang aktivis pendukung Rusia. Di luar gedung, ratusan orang berkerumun mendesak pemimpin parlemen mengumumkan referendum guna menentukan apakah Crimea akan bergabung dengan Rusia.
Oleksandr Turchynov, presiden sementara Ukraina, sudah menyampaikan peringatan kepada Kremlin. “Setiap pergerakan militer, apalagi jika bersenjata, melewati perbatasan akan kami anggap sebagai agresi militer,” kata Turchynov. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pun sudah menelepon Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, mendesak supaya Moskow menahan diri. “Semua orang harus mundur dan menghindari segala bentuk provokasi,” ujar Kerry. Sumber: majalahdetik.
Belum ada tanggapan untuk "35 millyar dollar AS apakah dapat memulihkan perekonomian Ukraina?"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.