Lazada, sebuah toko online yang cukup populer di Jakarta. Kira-kira, dagangannya mirip dengan Amazon.com, nyaris semua barang ada di sana. Dengan karakter khas bisnis online di Indonesia, rekan kerja itu tidak membayar lewat kartu kredit seperti jika membeli di Amazon.com.
Lazada, toko online tempatnya membeli pisau, berbisnis di sejumlah negara Asia Tenggara. Dengan pemahaman pasar yang lebih bagus dari Amazon.com, bisa membayar dengan ATM atau kontan kepada kurir serta tidak perlu repot berurusan dengan Bea Cukai, seperti jika membeli di toko online Amerika Serikat itu Lazada menjadi salah satu pilihan berbelanja.
Perusahaan seperti Lazada ini yang “melokalkan” bisnis Internet Amerika Serikat lah yang menjadi incaran raksasa pemodal perusahaan online dari Jerman, Rocket Internet. Perusahaan ini baru berdiri sekitar 7 tahun silam, tapi sudah memodali 75 perusahaan di lebih 50 negara, termasuk Lazada atau Zalora di Indonesia.

Saat WhatsApp diambil alih Facebook, saham Sequoia di WhatsApp pun dibeli perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu. Keuntungan Sequoia, konon, mencapai 50 kali lipat dari modal ventura di WhatsApp ini. Yang membedakan dengan Sequoia, Rocket Internet saat ini berkonsentrasi pada negara di luar Amerika Serikat, terutama negara berkembang, termasuk Indonesia. Selain itu, seperti ditulis harian New York Times, Rocket Internet tidak mengagung-agungkan orisinalitas ide.

Rocket mulai menjejakkan kaki di bisnis online belasan tahun silam, saat muncul dotcom bubble di akhir 1990-an. Saat itu, mereka membuat situs lelang semacam eBay, bernama Alando, yang beroperasi di Jerman. Tiga kakak-adik Samwer yakni Olivier, Marc, dan Alexander bisa menjual Alando hanya dalam tiga bulan setelah beroperasi kepada pesaing dari Amerika, eBay. Uang yang mereka dapat US$ 50 juta (sekitar Rp 550 miliar dengan kurs sekarang) dari usaha tiga bulan itu.
Uang hasil penjualan Alando kemudian mereka gunakan memodali perusahaan layanan seluler yang menghasilkan nada dering Crazy Frog. Perusahaan ini pun kemudian mereka jual ke Verisign, dari Amerika Serikat, dengan harga yang juga lumayan, US$ 270 juta (sekitar Rp 3triliun).
Mereka kemudian aktif memodali dan kemudian menjual saham start-up yang sukses. Sejumlah perusahaan top, seperti Facebook, Groupon, dan Zynga, juga sempat mereka modali. Baru belakangan mereka mulai mengembangkan perusahaan Internet di seluruh dunia. Pemilik Rocket Internet tidak cemas jika model bisnis mereka ditiru. Menurut mereka, yang penting bukan cuma model bisnisnya, melainkan manajemen sehari-harinya, eksekusi manajemennya.“Dunia Internet bergerak seperti balapan Formula 1,” kata Samwer. “Eksekusi menjadi bagian terpenting bisnis yang sukses.”
Untuk memastikan eksekusi terlaksana baik ini, mereka sering membajak bekas orang finansial banyak yang bergelar MBA dan bekerja di perusahaan keuangan top, seperti Goldman Sachs atau McKinsey untuk mengurusi perusahaan yang dimodali. Sumber:majalahdetik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.