Saat menghadiri sosialisasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya pada Kamis siang, Risma menegaskan, tak akan lari dari tanggung jawab hingga penutupan lokalisasi itu tuntas. Hal ini menegaskan dirinya tetap menjabat sebagai wali kota untuk mengawal persoalan lokalisasi di Surabaya.
”Panjenengan (Anda) adalah bagian dari pertanggungjawaban saya di hadapan Tuhan. Kita insya Allah tak biarkan panjenengan telantar,” kata Risma di hadapan peserta sosialisasi yang dihadiri warga di sekitar lokalisasi.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini getol menyuarakan penutupan kompleks lokasi prostitusi. Di balik gemerlap dunia seks bebas, sejumlah fakta sosial yang menyedihkan dia temukan di lapangan.
Fakta tersebut beberapa kali diceritakan wali kota perempuan pertama Surabaya itu di sejumlah forum. Tak terkecuali, dia tuturkan masalah tersebut saat sosialisasi penutupan kompleks lokasi prostitusi Dolly dan Jarak di Mapolrestabes Surabaya, Kamis (27/2/2014) sore.
Tidak jarang, mata Risma berkaca-kaca ketika bercerita. Misalnya, saat dia mendatangi salah satu pekerja seks komersial yang sudah berumur 60 tahun di suatu wisma lokasi prostitusi di Surabaya, Jawa Timur.
Kepada perempuan itu, Risma bertanya apakah masih ada pelanggan yang menggunakan jasanya. "Ada bu. Ya anak-anak SD dan SMP yang biasa ke sini," ujar Risma menirukan jawaban perempuan tua tersebut.
Risma mengaku sontak terdiam karena terkejut mendengar jawaban itu. Namun, di hatinya pun seketika bangkit semangat dan tekad untuk menutup semua lokasi prostitusi di Surabaya.
Lain lagi cerita ketika Risma mendengar seorang bocah dipukuli warga di sekitar lokasi prostitusi karena kedapatan mencuri. Saat ditanya, anak itu mengaku mencuri untuk membeli makanan.
Kepada warga, anak itu mengatakan sudah beberapa hari tak makan. Ditanya apakah tak mendapat makan dari keluarganya, bocah itu pun bercerita bahwa kedua orangtuanya sudah berpisah.
Cerita yang kemudian sampai ke telinga Risma, ayah dari anak itu meninggalkan istrinya dan memilih hidup bersama penyanyi kafe di kompleks lokasi prostitusi Dolly.
Anak ini, kata Risma, adalah korban problematika keluarga akibat perselingkuhan di lokasi prostitusi. "Padahal, anak itu juga berhak hidup layak seperti anak-anak pada umumnya," ujar Risma.
Rismaharini masih memberi waktu kepada penghuni lokalisasi Dolly untuk bersiap-siap menutup usahanya. Dia menyatakan bisa saja langsung menutup Dolly tanpa ada kompromi.
"Saya bisa saja langsung menutup Dolly, dengan dasar tidak sesuai Perda 7 tahun 1999 tentang larangan memanfaatkan bangunan untuk semua jenis praktik prostitusi," katanya saat sosialisasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Mapolrestabes Surabaya.
Risma menargetkan, penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Kecamatan Sawahan dilakukan pada Juni, atau sebelum bulan puasa tahun ini. Kawasan tersebut akan difungsikan sebagai sentra ekonomi yang terintegrasi dengan titik perekonomian lainnya di Surabaya.
Semua pekerja seks komersial (PSK) Dolly dan Jarak akan dididik menjadi pengusaha dan diberi modal usaha sebelum dipulangkan. Wisma-wisma yang ada akan disewa khusus oleh pemkot untuk lahan usaha atau lahan promosi produk khas Surabaya. Sumber:kompas
Artikel Terkait:
Belum ada tanggapan untuk "Risma masih memberi waktu kepada penghuni lokalisasi Dolly untuk bersiap-siap menutup usahanya"
Posting Komentar
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.
No Sara, No Racism Terima Kasih.